Mengapa Monumen Nasional Menjadi Ikon Penting Indonesia? Ini 5 Fakta Uniknya

Mengapa Monumen Nasional Menjadi Ikon Penting Indonesia? Ini 5 Fakta Uniknya
Foto: A_Medvedkov/Envato Elements

Pelajari berbagai fakta unik yang menjadikan Monumen Nasional sebagai ikon penting kebanggaan Indonesia dan lambang perjuangan kemerdekaan.

Monumen Nasional, yang sering disebut Monas, adalah simbol kebanggaan Indonesia yang terletak di jantung ibu kota, Jakarta.

Diresmikan pada tahun 1975, Monas tidak hanya menjadi destinasi wisata populer, tetapi juga merupakan lambang perjuangan dan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Dalam artikel ini, kita akan mengulas lima fakta unik tentang Monumen Nasional yang menjadikannya ikon penting bagi Indonesia.

Fakta Unik Tentang Monumen Nasional (Monas)

Monumen Nasional, yang sering disingkat Monas, adalah salah satu landmark terpenting di Indonesia yang memiliki sejarah pembangunan yang panjang dan menarik serta fitur yang simbolis.

1. Proses Pembangunan yang Panjang

Proses Pembangunan yang Panjang
Foto: Affan Fadhlan/Unsplash

Proses pembangunan Monas dilaksanakan selama 14 tahun, dimulai pada perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-16, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1961. Pembangunan ini baru selesai dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975.

Pembukaan resmi Monas dihadiri dan dipimpin oleh Presiden Soeharto, menandai pentingnya monumen ini sebagai simbol kebanggaan nasional.

Proyek ini menggambarkan dedikasi dan usaha panjang untuk menciptakan sebuah simbol yang merepresentasikan perjuangan dan kemerdekaan Indonesia.

2. Lidah Api yang Dijadikan Simbol Keabadian

Pada puncak Monas, terdapat sebuah struktur berbentuk lidah api yang menjadi salah satu elemen paling ikonik dari monumen ini. Lidah api ini terbuat dari perunggu dengan tinggi mencapai 17 meter dan diameter 6 meter, dengan berat total sekitar 14,5 ton.

Permukaan luar lidah api ini dilapisi dengan emas murni seberat 45 kilogram, yang menambah kemegahan dan simbolisme dari Monas.

Pada tahun 1995, dalam rangka perayaan 50 tahun kemerdekaan Indonesia, lapisan emas pada lidah api ini diperbaharui dan ditambah hingga mencapai berat total 50 kilogram.

Menariknya, sebagian besar emas yang digunakan untuk melapisi puncak Monas disumbangkan oleh Teuku Markam, seorang saudagar asal Nanggroe Aceh Darussalam.

Ini menunjukkan betapa Monas tidak hanya menjadi simbol Jakarta atau Jawa saja, tetapi juga simbol dari sumbangan dan partisipasi berbagai daerah di Indonesia.

3. Proses Desain Monumen Nasional

Desain ikonik Monumen Nasional (Monas), yang merupakan simbol kebanggaan dan sejarah Indonesia, tidak tercipta secara kebetulan tetapi merupakan hasil dari sebuah sayembara desain yang diadakan pada tahun 1955.

Sayembara ini diorganisir oleh komite nasional dengan tujuan mencari desain terbaik yang menggambarkan semangat dan identitas nasional Indonesia.

Sayembara ini mendapatkan respons yang sangat baik dengan partisipasi dari banyak arsitek yang berkontribusi dengan berbagai ide dan visi arsitektural.

Dari total 51 karya yang dikumpulkan, desain yang dipilih adalah karya dari Frederich Silaban, seorang arsitek terkemuka di Indonesia.

Keputusan ini tidak hanya berdasarkan estetika dan representasi simbolik dari desain yang diajukan, tetapi juga pada kepraktisan dan durabilitas struktur yang dirancang untuk bertahan di iklim tropis Indonesia.

4. Perubahan Nama Berkali-kali

Perubahan Nama Berkali-kali
Foto: A_Medvedkov/Envato Elements

Area yang sekarang dikenal sebagai Taman Monas telah berganti nama beberapa kali sepanjang sejarahnya, mencerminkan perubahan politik dan sosial yang berlangsung di Indonesia.

Awalnya, kawasan ini dikenal sebagai Lapangan Gambir, yang merupakan tempat penting untuk acara-acara pameran pada era kolonial.

Namanya kemudian berubah menjadi Lapangan Ikada setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, di mana tempat ini menjadi saksi bisu berbagai kegiatan penting dalam perjuangan kemerdekaan.

Selanjutnya, kawasan ini dinamakan Lapangan Merdeka, menggambarkan semangat baru kemerdekaan yang diraih. Nama berikutnya adalah Lapangan Monas, seiring dengan pembangunan Monumen Nasional di area tersebut.

Akhirnya, kawasan ini dinamai Taman Monas, yang tidak hanya mencakup monumen tetapi juga area hijau di sekitarnya yang digunakan untuk berbagai kegiatan sosial dan budaya.

5. Filosofi Desain Monas

Desain Monas kaya akan makna filosofis yang menggabungkan elemen-elemen tradisional Indonesia dengan simbolisme nasional.

Desain ini dirancang untuk melambangkan konsep Lingga dan Yoni, yang dalam tradisi Hindu mewakili kesuburan dan maskulinitas (Lingga), serta femininitas (Yoni).

Soekarno, yang tidak hanya sebagai presiden pertama tetapi juga sebagai arsitek, ingin menggabungkan elemen spiritual dan filosofis dalam desain monumen ini.

Selain itu, Monas juga sering dikaitkan dengan simbol alu dan lesung, alat tradisional Indonesia yang digunakan untuk menumbuk padi, mencerminkan pentingnya pertanian dalam kehidupan dan ekonomi Indonesia.

Simbolisme ini menegaskan kembali keterkaitan Monas dengan kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia.

6. Monas Mengandung Angka Simbolis

Monas Mengandung Angka Simbolis
Foto: Uray Zulfikar/Unsplash

Dalam hal dimensi, Monas juga mengandung angka-angka simbolis yang menggambarkan sejarah Indonesia: Tinggi pelataran cawan dari dasar adalah 17 meter, melambangkan tanggal 17, hari kemerdekaan Indonesia.

Jarak antara ruang museum sejarah dan dasar cawan adalah 8 meter, yang terbagi menjadi 3 meter di bawah tanah dan 5 meter tangga menuju dasar cawan, menggambarkan bulan Agustus, bulan kemerdekaan.

Luas pelataran Monas berbentuk bujur sangkar dengan masing-masing sisi berukuran 45 meter, mencerminkan tahun kemerdekaan, 1945.

Monumen Nasional bukan hanya struktur fisik yang megah, tetapi juga menyimpan banyak nilai sejarah dan budaya yang mendalam bagi rakyat Indonesia.

Lima fakta unik yang telah kita bahas menunjukkan betapa pentingnya Monas sebagai simbol perjuangan, kebanggaan, dan identitas nasional.

Oleh karena itu, Monumen Nasional akan selalu menjadi salah satu ikon terpenting yang dimiliki oleh Indonesia, mengingatkan kita akan sejarah perjuangan bangsa dan cita-cita masa depan yang lebih baik.

Share it:

Tags

Related Articles