7 Fakta Menarik Sudan Selatan, Negara Termuda di Dunia dengan Sejarah yang Panjang

7 Fakta Menarik Sudan Selatan, Negara Termuda di Dunia dengan Sejarah yang Panjang
Foto: Mohammed Mojahed/Unsplash

Sudan Selatan adalah negara termuda di dunia dengan sejarah yang kompleks. Pelajari berbagai fakta menarik tentang perjalanan negara ini sejak kemerdekaannya.

Sudan Selatan, yang meraih kemerdekaannya pada tahun 2011, adalah negara termuda di dunia, namun memiliki sejarah yang panjang dan penuh gejolak.

Terletak di wilayah sub-Sahara Afrika, negara ini menghadapi tantangan besar dalam pembangunan dan perdamaian setelah bertahun-tahun konflik.

Di balik semua itu, terdapat kisah-kisah menarik tentang kebudayaan, masyarakat, dan perjuangan rakyatnya. Berikut adalah 7 fakta menarik tentang Sudan Selatan, negara muda dengan semangat juang yang tinggi dan sejarah yang penuh dinamika.

1. Negara Tanpa Pesisir di Tengah Afrika yang Kaya Akan Sungai

Negara Tanpa Pesisir di Tengah Afrika yang Kaya Akan Sungai
Foto: Mohamed Osman/Unsplash

Sudan Selatan adalah salah satu dari sedikit negara di Afrika yang terkurung daratan (landlocked), artinya tidak memiliki akses langsung ke laut.

Terletak di Afrika Timur-Tengah, Sudan Selatan berbatasan dengan Sudan di utara, Uganda di selatan, Kenya di tenggara, Republik Demokratik Kongo di barat daya, Afrika Tengah di barat, dan Ethiopia di timur.

Luas wilayahnya mencapai 644.329 km persegi, menjadikannya salah satu negara terbesar di kawasan ini.

Meskipun tidak memiliki akses ke laut, Sudan Selatan diberkahi dengan sungai-sungai besar seperti Sungai Nil Putih, salah satu anak sungai utama Sungai Nil, yang mengalir dari dataran tinggi Afrika Tengah ke utara melalui negara ini.

Sungai Nil Putih menjadi jalur penting yang menghubungkan berbagai kelompok etnis di Sudan Selatan, seperti Dinka, Shilluk, dan Nuer.

Selain itu, negara ini juga memiliki rawa besar yang disebut Sudd, yang luasnya lebih dari 100.000 km persegi. Sudd adalah salah satu lahan basah terbesar di dunia dan sangat penting bagi ekosistem lokal.

2. Negara Termuda di Dunia dengan Sejarah Perjuangan Panjang

Sudan Selatan adalah negara termuda di dunia yang memperoleh kemerdekaannya pada 9 Juli 2011 setelah bertahun-tahun konflik berdarah dengan Sudan. Proses menuju kemerdekaan ini sangat panjang dan penuh perjuangan.

Pada tahun 1956, Sudan memperoleh kemerdekaan dari Inggris dan Mesir, tetapi ketegangan antara wilayah utara dan selatan tidak mereda. Pada tahun 1955, sebelum Sudan merdeka, perang saudara antara Sudan Utara dan Selatan telah dimulai dan berlangsung hingga 1972.

Meskipun ada perjanjian damai pada 1972, konflik kembali berkobar pada 1983 dan berlangsung hingga 2005. Setelah lebih dari dua dekade perang gerilya yang melibatkan Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA), Sudan Selatan akhirnya berhasil meraih kemerdekaan.

Konflik ini masih belum sepenuhnya berakhir, dengan pecahnya kembali ketegangan pada tahun 2012 dan perang saudara lainnya pada tahun 2013. Upaya untuk mencapai perdamaian terus dilakukan, termasuk melalui perjanjian damai yang ditandatangani pada 2018.

3. Populasi Termuda di Dunia dengan Pertumbuhan Pesat

Sudan Selatan tidak hanya menjadi negara termuda secara administratif, tetapi juga memiliki populasi penduduk yang sangat muda. Berdasarkan data dari CIA World Factbook, sekitar 42,1% penduduk Sudan Selatan berusia antara 0–14 tahun, dan 55,3% berusia antara 15–64 tahun.

Hanya sekitar 2,6% penduduknya yang berusia 65 tahun ke atas. Usia rata-rata penduduk di Sudan Selatan adalah 18,7 tahun, menjadikannya salah satu populasi termuda di dunia.

Tingginya angka kelahiran di Sudan Selatan berkontribusi pada demografi muda ini, dengan tingkat kelahiran sebesar 36,4 per 1.000 penduduk, yang menjadikannya urutan ke-10 di dunia pada tahun 2024.

Sayangnya, meskipun populasi tumbuh dengan pesat, angka harapan hidup di Sudan Selatan masih sangat rendah, yaitu sekitar 60,3 tahun, menempatkannya di posisi ke-220 dari 227 negara di dunia.

4. Keragaman Budaya yang Sangat Kaya dengan Lebih dari 60 Kelompok Etnis

Keragaman Budaya yang Sangat Kaya dengan Lebih dari 60 Kelompok Etnis
Foto: Jillian Amatt – Artistic Voyages/Unsplash

Sudan Selatan dikenal dengan keragaman budaya dan bahasa yang luar biasa. Negara ini diisi oleh lebih dari 60 kelompok etnis yang masing-masing memiliki bahasa dan tradisi mereka sendiri.

Etnis terbesar di Sudan Selatan adalah Dinka dan Nuer, tetapi ada banyak kelompok etnis lainnya yang turut memperkaya budaya negara ini.

Bahasa Inggris ditetapkan sebagai bahasa resmi setelah kemerdekaan dari Sudan, yang sebelumnya menggunakan bahasa Inggris dan Arab. Selain bahasa, Sudan Selatan memiliki warisan budaya yang kaya yang tercermin dalam seni tradisional, musik, tarian, dan olahraga.

Salah satu olahraga tradisional yang populer di Sudan Selatan adalah gulat yang disebut “lukayo”.

Dalam hal kuliner, Sudan Selatan terkenal dengan masakan yang dipengaruhi oleh tradisi Afrika Timur dan Arab, seperti “Kissra”, roti pipih fermentasi dari tepung sorgum yang biasanya disajikan dengan semur kental.

5. Kekayaan Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati yang Menakjubkan

Sudan Selatan memiliki kekayaan alam yang luar biasa, terutama dalam hal sumber daya minyak bumi.

Ladang minyak di Sudan Selatan merupakan salah satu sumber pendapatan utama negara ini dan dianggap memiliki cadangan minyak terbesar ketiga di Afrika Sub-Sahara. Selain minyak, Sudan Selatan juga kaya akan keanekaragaman hayati.

Taman Nasional Bandingilo, salah satu taman nasional utama di negara ini, terletak di negara bagian Khatulistiwa Tengah dan Khatulistiwa Timur, mencakup lebih dari 10.000 km persegi.

Taman ini adalah rumah bagi berbagai spesies hewan liar dan menjadi destinasi yang potensial untuk wisata safari.

Selain itu, negara ini juga memiliki pegunungan seperti Pegunungan Imatong yang meluas hingga ke Uganda, dengan ekosistem pegunungan yang kaya dan beragam.

6. Kemiskinan dan Konflik Berkepanjangan sebagai Tantangan Utama

Meskipun memiliki sumber daya alam yang melimpah, Sudan Selatan masih menghadapi tantangan besar dalam hal kemiskinan dan stabilitas ekonomi.

Konflik internal yang berkelanjutan telah menyebabkan banyak penduduk hidup dalam kondisi miskin, dengan lebih dari sepertiga populasi tidak memiliki akses terhadap makanan yang aman.

Ekonomi Sudan Selatan sangat bergantung pada pertanian, sementara sektor industri sangat terbatas.

Pendapatan dari sektor minyak, meskipun penting, sering kali tergerus oleh biaya pajak dan konflik berkepanjangan.

Selain itu, Sudan Selatan juga masih terbelakang dalam hal infrastruktur, pendidikan, dan pelayanan kesehatan, yang menjadi tantangan besar bagi pemerintah dan masyarakat.

7. Belum Memiliki Situs Warisan Dunia UNESCO, Namun Kaya Potensi

Belum Memiliki Situs Warisan Dunia UNESCO, Namun Kaya Potensi
Foto: Ahmed Alghali/Unsplash

Sudan Selatan adalah salah satu negara yang belum memiliki Situs Warisan Dunia UNESCO, tetapi memiliki tiga situs yang masuk dalam daftar sementara untuk nominasi.

Ketiga situs tersebut adalah rute Deim Zubeir-Slave, Sudd, dan Boma-Bandingilo Migratory Landscape. Masing-masing situs ini memiliki keunikan dan nilai sejarah yang signifikan.

Deim Zubeir adalah rute yang menjadi saksi bisu perdagangan budak di Afrika, sedangkan Sudd merupakan lahan basah yang kaya akan keanekaragaman hayati dan menjadi rumah bagi berbagai spesies yang terancam punah.

Sementara itu, Boma-Bandingilo adalah lanskap migrasi yang penting bagi banyak spesies tumbuhan dan hewan.

Sudan Selatan, dengan segala tantangan dan keunikannya, tetap menjadi salah satu negara paling menarik untuk dipelajari dan dipahami.

Meskipun baru merdeka pada tahun 2011, negara ini sudah memiliki cerita panjang tentang perjuangan, keragaman budaya, dan potensi alam yang besar.

Diharapkan, dengan upaya perdamaian yang terus berlanjut dan pengembangan sumber daya alam yang bijak, Sudan Selatan dapat mencapai stabilitas dan kesejahteraan di masa depan.

Share it:

Tags

Related Articles