Kura-kura mungkin identik sebagai hewan reptil yang bergerak lambat dengan tempurung keras.
Namun, tahukah kamu bahwa ada spesies kura-kura air tawar langka yang berasal dari Asia Tenggara dan kini berada di ambang kepunahan?
Ia adalah kura-kura tokong (Heosemys annandalii), seekor reptil yang tidak hanya unik secara morfologi, tetapi juga memiliki peran penting dalam ekosistem perairan tropis.
Sayangnya, keberadaan kura-kura tokong kini semakin terancam akibat perusakan habitat, perburuan liar, dan rendahnya kesadaran konservasi.
Artikel ini akan mengulas mengenai fakta-fakta menarik kura-kura tokong yang belum banyak diketahui masyarakat luas.
1. Ciri Fisik: Tubuh Besar dan Tempurung Gelap Datar
Kura-kura tokong merupakan spesies berukuran sedang hingga besar yang memiliki panjang tempurung mencapai 50–51 cm.
Tempurungnya berbentuk datar dan berwarna gelap (biasanya hitam atau cokelat kehitaman), menjadikannya mudah berkamuflase di habitat berlumpur atau perairan keruh.
Karakteristik fisik lainnya:
- Kepala dan leher sering memiliki corak garis kuning kehijauan.
- Kaki dan jari-jari bercakar, berguna untuk menggali atau berenang.
- Ekornya pendek, dan tubuhnya relatif kokoh.
Bentuk dan warna tubuhnya memungkinkan kura-kura ini bersembunyi dari predator secara alami, baik di darat maupun di dalam air.
2. Habitat Asli di Asia Tenggara
Heosemys annandalii adalah spesies kura-kura air tawar yang endemik Asia Tenggara, terutama ditemukan di:
- Kamboja
- Thailand
- Laos
- Vietnam
- Malaysia (bagian Semenanjung)
Menurut The Reptile Database, kura-kura tokong menyukai lingkungan perairan dangkal dan tenang, seperti:
- Rawa
- Kolam alami
- Sungai berarus lambat
- Kanal irigasi
- Lahan pertanian tergenang
Meski termasuk kura-kura air, spesies ini tidak sepenuhnya akuatik. Ia sering naik ke daratan untuk berjemur, bertelur, atau bermigrasi pendek saat sumber air mulai menyusut.
3. Rentang Usia yang Panjang
Kura-kura tokong dikenal memiliki usia yang relatif panjang. Dalam penangkaran, umur mereka bisa mencapai 30–35 tahun, bahkan bisa lebih lama dengan perawatan dan kondisi lingkungan yang baik.
Namun, di alam liar:
- Rentang hidupnya jauh lebih pendek.
- Penyebab utamanya adalah ancaman predator, perubahan iklim, dan paparan limbah atau polusi air.
Seperti banyak spesies kura-kura lainnya, pertumbuhan dan reproduksi kura-kura tokong sangat lambat, menjadikannya sangat rentan terhadap eksploitasi.
4. Termasuk Hewan yang Sangat Terancam Punah

Data dari IUCN Red List mencatat bahwa kura-kura tokong berada dalam status Critically Endangered (CR) atau sangat terancam punah.
Penyebab penurunan populasi:
- Perusakan habitat alami untuk pertanian, pemukiman, dan industri.
- Perburuan liar untuk konsumsi (karena dianggap lezat dan bergizi).
- Perdagangan ilegal untuk dijadikan hewan peliharaan eksotis.
- Perubahan iklim yang berdampak pada ketersediaan air dan tempat bertelur.
Saat ini, Kamboja dianggap sebagai habitat tersisa paling penting, dengan beberapa proyek konservasi dan penangkaran aktif dilakukan oleh organisasi lingkungan dan pemerintah setempat.
5. Makanan Utama: Herbivor yang Selektif
Berbeda dari banyak kura-kura air lain yang bersifat omnivor, kura-kura tokong adalah herbivor atau pemakan tumbuhan murni.
Makanan utama mereka:
- Tumbuhan air (seperti eceng gondok, ganggang, dan hydrilla)
- Buah-buahan yang jatuh ke air atau ke tanah
- Daun muda atau tunas tanaman
Meskipun sesekali bisa memakan protein hewani dalam kondisi tertentu, kura-kura tokong tetap mengandalkan material tumbuhan sebagai makanan utama.
Mereka berperan dalam mengendalikan pertumbuhan vegetasi air dan menyebarkan biji tumbuhan, sehingga penting dalam menjaga ekosistem rawa atau sungai.
6. Strategi Bertahan: Kamuflase dan Perlindungan Diri
Saat berada di daratan, kura-kura tokong sangat rentan terhadap ancaman predator seperti:
- Biawak
- Ular air
- Burung elang
- Macan tutul dan harimau (di habitat hutan yang masih utuh)
Sebagai mekanisme perlindungan diri, kura-kura tokong akan:
- Berdiam dan memasukkan tubuhnya ke dalam tempurung jika merasa terancam.
- Mengandalkan warna tubuh gelap untuk menyatu dengan lumpur atau dasar perairan.
Meski tak agresif, kura-kura ini memiliki cakar kuat dan gigitan tajam sebagai pertahanan terakhir jika diserang.
7. Perlunya Upaya Konservasi yang Lebih Masif
Karena populasinya yang terus menurun, kura-kura tokong kini dilindungi oleh undang-undang di banyak negara asalnya, termasuk larangan perburuan, penangkapan, dan perdagangan.
Bentuk upaya konservasi:
- Penangkaran di pusat konservasi satwa liar
- Perlindungan kawasan habitat alami
- Kampanye edukasi dan kesadaran masyarakat lokal
- Kerja sama internasional dalam pelacakan dan pelepasan kembali kura-kura hasil sitaan
Dukungan publik dan edukasi adalah kunci dalam menyelamatkan salah satu spesies kura-kura air tawar paling langka di dunia ini.
Kura-kura tokong bukan sekadar reptil air biasa, tetapi representasi dari kekayaan hayati Asia Tenggara yang kini berada di ambang krisis.
Dengan ciri fisik yang unik, usia panjang, dan habitat spesifik, spesies ini memiliki peran penting dalam ekosistem air dan darat.
Sayangnya, keserakahan manusia dan rusaknya lingkungan menjadikan kura-kura tokong hanya dapat dijumpai di habitat-habitat terbatas.
Oleh karena itu, langkah-langkah konservasi dan kesadaran masyarakat menjadi satu-satunya harapan agar spesies ini tidak lenyap dari muka bumi.
Melindungi kura-kura tokong berarti melindungi masa depan keanekaragaman hayati Asia Tenggara.










