Temukan berbagai fakta sejarah menarik tentang Banda Neira, jejak masa lalu di surga timur Indonesia yang penuh dengan keindahan dan kekayaan budaya.
Banda Neira, sebuah pulau kecil di Kepulauan Banda, Maluku, merupakan salah satu tempat bersejarah yang menyimpan banyak cerita menarik dari masa lalu.
Pulau ini tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya yang menakjubkan, tetapi juga karena sejarahnya yang kaya akan peristiwa penting, mulai dari perdagangan rempah-rempah hingga pengaruh kolonial.
Dalam artikel ini, kami akan mengungkapkan 7 fakta sejarah tentang Banda Neira yang mengajak Anda untuk lebih mengenal jejak masa lalu di surga timur Indonesia ini.
Fakta Sejarah Menarik Kepulauan Banda Neira
1. Kitab Negarakertagama Mencatat tentang Kepulauan Banda

Kepulauan Banda, termasuk Banda Neira, telah mencatatkan namanya dalam salah satu dokumen sejarah tertua di Nusantara, yaitu Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi.
Dalam naskah ini, Kepulauan Banda disebut dengan nama “Wandan,” menandakan pengakuan terhadap keberadaannya dalam wilayah pengaruh Kerajaan Majapahit.
Banda Neira, bersama dengan pulau-pulau lain di Maluku seperti Buru, Sula, Ternate, Seram, Ambon, dan Kei, dikenali sebagai bagian dari jaringan perdagangan dan wilayah kekuasaan Majapahit yang luas, mencerminkan pentingnya kepulauan ini dalam dinamika maritim dan geopolitik regional saat itu.
2. Pusat Penghasil Pala Bersejarah
Kepulauan Banda, khususnya Banda Neira, memiliki reputasi lama sebagai salah satu penghasil pala terkemuka di dunia.
Rempah-rempah ini telah diakui tidak hanya karena kualitasnya yang superior dibandingkan dengan varietas lain di Indonesia tetapi juga karena signifikansinya dalam perdagangan internasional.
Menurut penelitian oleh Mezak Wakim dalam “Jurnal Banda Naira Dalam Perspektif Sejarah Maritim,” kepulauan ini telah terkenal sebagai produsen pala sejak sebelum abad ke-15.
Pala dari Banda Neira telah terkenal sejak zaman Romawi di Eropa dan sejak masa Firaun di Timur Tengah.
Kepulauan ini merupakan titik penting dalam jaringan perdagangan laut yang panjang dan penuh risiko, yang rahasianya dijaga ketat oleh para pedagang untuk mengendalikan perdagangan rempah-rempah yang sangat menguntungkan ini.
Posisi Banda Neira sebagai pusat perdagangan ini tidak hanya menandai kekayaan alaminya tetapi juga peran strategisnya dalam sejarah perdagangan maritim global.
3. Buah Pala dari Banda Neira telah Mendunia di Pasaran Internasional
Pala dari Kepulauan Banda telah mencapai popularitas yang signifikan di pasar internasional sejak zaman kuno. Sejarah awal perdagangan pala mencakup interaksi dengan berbagai bangsa Asia seperti pelaut dan pedagang Melayu, India, Cina, dan Arab.
Orang-orang Banda tidak hanya terlibat dalam menjual pala dan fuli (bunga pala) tetapi juga aktif dalam pelayaran dan perdagangan maritim, sering kali berlayar hingga ke Malaka, yang saat itu merupakan pusat utama perdagangan di kawasan.
Mereka juga memiliki armada perdagangan sendiri yang bertugas mengangkut produk-produk dari pulau-pulau lain ke Banda.
Sebagai satu-satunya produsen buah pala pada masa itu, Kepulauan Banda yang relatif kecil ini berhasil menarik perhatian pedagang dari Cina, Asia Selatan, dan Timur Tengah, sejak setidaknya 2000 tahun yang lalu, menandai pentingnya pala dalam jaringan perdagangan kuno.
4. Banda Neira dan Jalur Rempah

Istilah “Jalur Rempah” sering dikaitkan dengan sejarah Kepulauan Banda, mengingat peran penting yang dimainkannya dalam distribusi dan pemasaran rempah-rempah Nusantara.
Melalui jaringan perdagangan yang mapan, pedagang dari Banda Neira berkontribusi signifikan dalam penyebaran rempah-rempah melalui jalur darat dan laut. Remah-rempah ini akhirnya menjangkau pasar Eropa, di mana mereka menjadi komoditas sangat berharga.
Jalur perdagangan maritim yang dilalui oleh para pedagang ini tidak hanya penting untuk perdagangan rempah-rempah tetapi juga berperan dalam membentuk jalur yang dikenal luas sebagai “jalur rempah” atau “spice route”.
Jalur ini tidak hanya vital untuk ekonomi saat itu tetapi juga memiliki dampak yang mendalam pada interaksi budaya dan politik antara Barat dan Timur.
5. Kedatangan Portugis ke Kepulauan Banda
Pada awal abad ke-16, kekayaan rempah-rempah di Kepulauan Banda, terutama pala yang sangat diminati di Eropa, menarik perhatian penjajah Eropa.
Laksamana Alfonso de Albuquerque, seorang penjelajah Portugis, adalah orang Eropa pertama yang mencapai Kepulauan Banda.
Pada November 1511, setelah menaklukkan Malaka, Albuquerque mengirim dua kapal layar untuk menjelajahi dan mendapatkan akses langsung ke sumber pala ini.
Kedatangan mereka membuka pintu bagi Eropa untuk terlibat langsung dalam perdagangan rempah-rempah yang menguntungkan di wilayah tersebut.
6. Kedatangan Belanda dan Penaklukan
Belanda, melalui Kongsi Dagang Belanda (VOC), mengikuti jejak Portugis dan tiba di Kepulauan Banda pada 15 Maret 1599.
Ekspedisi ini dipimpin oleh Laksamana Muda Jacob van Heemskerck yang awalnya hanya berniat membeli pala langsung dari penduduk lokal di Pelabuhan Ortattan, Banda Besar.
Namun, dengan kehadiran Jan Pieterszoon Coen, VOC beralih dari sekadar perdagangan menjadi penaklukan.
Pada dini hari tanggal 11 Maret, Coen mendaratkan pasukannya di beberapa tempat secara bersamaan di Pulau Lonthoir untuk menyerang dan membingungkan penduduk lokal.
Setelah berhasil menguasai kepulauan tersebut, VOC mendirikan perkebunan pala besar-besaran, yang jejak-jejaknya masih dapat dilihat hingga saat ini di Banda Neira.
7. Kedatangan dan Persaingan Inggris

Inggris, yang tidak ingin ketinggalan dalam mengamankan sumber rempah-rempah, mencapai Kepulauan Banda pada tahun 1602 dan mendirikan pos perdagangan di Pulau Run.
Pada Desember 1616, mereka berhasil mendapatkan kekuasaan resmi atas pulau tersebut dari penguasa lokal. Namun, Belanda, melalui tindakan agresif dan perjanjian, terus berupaya mengusir Inggris dari Pulau Run.
Setelah serangkaian konflik, Belanda berhasil merebut kembali pulau tersebut pada tahun 1621. Namun, dalam Perjanjian Breda yang ditandatangani pada 31 Juli 1667, Belanda dan Inggris sepakat untuk bertukar guling, dengan Pulau Run menjadi milik Belanda dan Pulau Nieuw Amsterdam (kini Manhattan) di Amerika berpindah ke tangan Inggris.
Kesepakatan ini secara efektif mengakhiri ketegangan antara dua kekuatan kolonial ini di kawasan itu, tetapi tanpa sepengetahuan penduduk lokal di kedua pulau tersebut.
Mengenal 7 fakta sejarah tentang Banda Neira memberi kita pemahaman lebih dalam tentang peran penting pulau ini dalam sejarah Indonesia dan dunia.
Dari kejayaan perdagangan rempah-rempah hingga pengaruh kolonial yang membentuk budaya lokal, Banda Neira adalah bukti nyata dari perjalanan panjang sejarah yang kaya dan kompleks.
Semoga informasi ini menambah pengetahuan dan rasa ingin tahu Anda untuk menjelajahi lebih jauh tentang Banda Neira.
Ajaklah keluarga dan teman untuk mengunjungi pulau ini dan merasakan langsung jejak sejarah yang tersimpan di surga timur Indonesia. Terus lestarikan dan hargai warisan budaya kita untuk generasi mendatang.