Temukan berbagai fakta menarik di balik sejarah pembangunan Gedung Putih, simbol kekuatan dan kepemimpinan Amerika Serikat.
Gedung Putih, yang terletak di 1600 Pennsylvania Avenue di Washington, D.C., bukan hanya merupakan tempat tinggal resmi Presiden Amerika Serikat, tetapi juga sebuah simbol kekuatan dan kepemimpinan yang diakui dunia.
Sejak pembangunannya pada akhir abad ke-18, Gedung Putih telah menjadi saksi banyak peristiwa penting dalam sejarah Amerika.
Dalam artikel ini, kami akan mengungkap 5 fakta menarik di balik sejarah pembangunan Gedung Putih yang akan memberikan Anda wawasan lebih dalam tentang bangunan ikonik ini.
Fakta Sejarah Pembangunan Gedung Putih
1. Peletakan Batu Pertama Gedung Putih

Amerika Serikat belum memiliki ibu kota yang tetap maupun istana negara ketika dipimpin oleh Presiden pertama, George Washington.
Dalam masa jabatannya yang berlangsung dari tahun 1789 hingga 1796, Washington memilih Distrik Columbia, yang kemudian lebih dikenal sebagai Washington D.C., sebagai lokasi ibu kota baru dan juga sebagai situs untuk istana negara.
Dalam proses pembangunan Gedung Putih, banyak pekerja yang diperbudak, terutama dari komunitas Afrika-Amerika, terlibat bersama arsitek Irlandia-Amerika, James Hoban, yang mengawasi desain dan konstruksi bangunan tersebut.
Peletakan batu pertama Gedung Putih terjadi pada tanggal 13 Oktober 1792. Selama masa pembangunan Gedung Putih, presiden masih berkantor di Philadelphia.
2. Presiden Pertama yang Menempati Gedung Putih
Meskipun pembangunan Gedung Putih dimulai di bawah pengawasan Presiden George Washington, beliau tidak pernah tinggal di sana. Presiden pertama yang menempati Gedung Putih adalah John Adams, yang mulai tinggal di sana pada tanggal 1 November 1797.
John Adams, yang sebelumnya adalah Wakil Presiden pertama di bawah Washington, terpilih sebagai Presiden menggantikan Washington yang memutuskan untuk tidak mencalonkan diri untuk periode ketiga.
Saat pindah ke Gedung Putih, istri Adams, Abigail Adams, menulis dalam suratnya, “Saya berdoa agar surga memberikan berkat yang terbaik untuk rumah ini, dan semua yang akan menghuninya nanti.
“Hanya orang bijak yang layak memerintah di tempat ini!” Ini menunjukkan harapannya agar Gedung Putih akan menjadi tempat bagi kepemimpinan yang bijak dan adil.
3. Asal Usul Nama “Gedung Putih”

Gedung yang kini dikenal sebagai Gedung Putih telah melewati beberapa perubahan nama sebelum mendapatkan namanya yang ikonik.
Awalnya, gedung ini memiliki beberapa nama yang dipertimbangkan, termasuk “Istana Presiden,” “Rumah Presiden,” dan “Mansion Eksekutif.”
Pilihan nama-nama ini mencerminkan fungsi dan signifikansi gedung tersebut sebagai kediaman dan pusat kegiatan eksekutif Amerika Serikat.
Nama “Gedung Putih” sendiri berasal dari ciri khas batu yang digunakan dalam konstruksinya. Gedung ini dibangun menggunakan batu pasir Aquia yang dicat dengan kapur putih untuk melindungi batu dari cuaca dan memberikan tampilan yang bersih dan terang.
Warna putih dari gedung ini menonjol dan kontras dengan bangunan-bangunan lain di sekitarnya, sehingga membuatnya mudah dikenali dan menjadi simbol kebersihan serta kemurnian.
Nama “Gedung Putih” secara resmi diadopsi pada tahun 1901 oleh Presiden Theodore Roosevelt. Penetapan nama ini tidak hanya mencerminkan aspek fisik gedung tetapi juga menjadi sebuah simbol kekuasaan, stabilitas, dan kedudukan presiden di Amerika Serikat.
Dengan penetapan resmi ini, “Gedung Putih” bukan hanya menjadi alamat resmi presiden AS tetapi juga ikon politik dan budaya yang penting bagi negara tersebut.
4. Kebakaran Gedung Putih Selama Perang 1812
Gedung Putih pernah mengalami peristiwa hangus terbakar yang dramatis dalam sejarahnya selama Perang 1812 antara Amerika Serikat dan Inggris.
Pada tahun 1814, sebagai bagian dari konflik tersebut, pasukan Inggris menyerang Washington D.C. dan membakar beberapa bangunan penting termasuk Gedung Putih dan Gedung Capitol. Kebakaran ini menyebabkan kerusakan parah.
James Hoban, arsitek asli Gedung Putih, dipanggil kembali untuk memimpin upaya rekonstruksi.
Ia mengawasi pengecatan dan pemulihan tembok yang rusak serta perluasan bangunan, termasuk penambahan teras timur dan barat serta portiko setengah lingkaran di bagian selatan dan portiko berkolom di utara.
Proses rekonstruksi dan pembangunan tambahan ini selesai pada tahun 1820-an, mengembalikan kejayaan arsitektural Gedung Putih.
5. Perawatan dan Pemeliharaan Gedung Putih

Gedung Putih, sebagai ikon dan pusat kekuasaan politik Amerika Serikat, melibatkan perawatan khusus untuk menjaga kondisi dan fungsinya.
Dengan 132 kamar, 35 kamar mandi, enam lantai di bagian Residence, 412 pintu, 147 jendela, 8 tangga, 3 lift, dan 28 perapian, pemeliharaannya membutuhkan perhatian detail yang luar biasa.
Pemeliharaan rutin Gedung Putih sering dilakukan selama musim panas ketika presiden biasanya berlibur, memberikan kesempatan bagi tim pemeliharaan untuk melakukan renovasi yang lebih besar tanpa mengganggu operasi harian.
Area yang sering mendapat perhatian termasuk jalan masuk, jendela, halaman selatan, dan ruang bawah tanah.
Selain pemeliharaan rutin, kadang-kadang presiden yang menjabat juga meminta penyesuaian sesuai dengan kebutuhan atau keinginan pribadi, seperti penambahan televisi kecil oleh Presiden Biden di belakang Resolute Desk.
Gedung ini dijaga dengan standar kualitas museum, tetapi membutuhkan perawatan terus menerus untuk memastikan integritas struktural dan estetika bangunan berusia 222 tahun tersebut, agar tetap berfungsi sebagai pusat pemerintahan Amerika Serikat.
Gedung Putih tidak hanya memiliki arsitektur yang megah dan bersejarah, tetapi juga sarat dengan cerita-cerita menarik yang mencerminkan perjalanan panjang bangsa Amerika.
Melalui 5 fakta menarik yang telah kami bahas, diharapkan Anda dapat lebih menghargai nilai sejarah dan simbolisme dari Gedung Putih.
Semoga informasi ini menginspirasi Anda untuk mempelajari lebih lanjut tentang tempat-tempat bersejarah lainnya yang berperan penting dalam membentuk dunia seperti yang kita kenal sekarang.