5 Fakta Kijong-dong: Desa Kosong Penuh Ilusi di Tengah Zona Demiliterisasi Korea

Fakta Kijong-dong: Desa Kosong Penuh Ilusi di Tengah Zona Demiliterisasi Korea

Kijong-dong adalah sebuah desa misterius yang berada di wilayah paling sensitif di Semenanjung Korea, yaitu Zona Demiliterisasi Korea (DMZ).

DMZ adalah kawasan seluas 250 km yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan sejak berakhirnya Perang Korea tahun 1953.

Korea Utara menyebut Kijong-dong sebagai “Desa Perdamaian”, sementara Korea Selatan dan pengamat internasional menjulukinya sebagai “Desa Propaganda”.

Sekilas, desa ini tampak seperti komunitas yang hidup dan berkembang – tetapi kenyataannya sungguh berbeda.

1. Dibangun Pada 1950-an Sebagai Simbol Propaganda

Kijong-dong dibangun pada 1950-an, di tengah masa pasca-Perang Korea. Tujuannya sangat jelas: menunjukkan kepada dunia – terutama Korea Selatan – bahwa Korea Utara adalah negara makmur, damai, dan modern.

Dari kejauhan, bangunan-bangunan di Kijong-dong terlihat:

  • Dicat cerah dan simetris
  • Dilengkapi menara air, kabel listrik, dan jalanan beraspal
  • Ada bangunan yang tampak seperti sekolah dan rumah sakit

Namun semua itu hanyalah kulit luar. Tidak ada kehidupan nyata di dalamnya.

2. Bangunan Kosong, Jalan Tak Menuju Ke Mana-Mana

Pemeriksaan dari pos pengamatan Korea Selatan membuktikan bahwa:

  • Jendela tidak memiliki kaca
  • Tidak ada lantai di dalam bangunan
  • Tidak terlihat aktivitas manusia sesungguhnya
  • Jalan diaspal tapi tidak terhubung ke infrastruktur apa pun

Lampu di desa ini menyala dan mati secara otomatis untuk memberi kesan adanya aktivitas. Bahkan ladang-ladang di sekitarnya pun dirawat hanya sebatas permukaan.

Baca Juga:  6 Fakta Unik Pulau Mackinac: Surga Bebas Mobil di Antara Dua Danau Besar

Intinya, Kijong-dong adalah panggung besar yang dirancang untuk menunjukkan ilusi kemakmuran dan keteraturan.

3. Pusat “Perang Pengeras Suara” Antara Utara dan Selatan

Kijong-dong pernah menjadi pusat dari perang psikologis unik antara dua Korea, yang disebut “perang pengeras suara”.

Bagaimana bentuk perangnya?

  • Korea Utara menyiarkan lagu revolusioner, pidato pemimpin, dan propaganda yang mendorong tentara Korea Selatan untuk membelot.
  • Korea Selatan membalas dengan musik K-pop, berita dunia, dan informasi tentang kebebasan dan kesejahteraan hidup di Selatan.

Perang suara ini berlangsung selama puluhan tahun, hingga dihentikan dalam rangka perundingan damai antara kedua negara. Namun, dampaknya terhadap persepsi publik tetap terasa.

4. Dihuni oleh Tentara dan Buruh, Bukan Warga Sipil

Fakta Kijong-dong: Dihuni oleh Tentara dan Buruh, Bukan Warga Sipil

Meskipun desa ini tidak memiliki penghuni tetap, Kijong-dong bukan sepenuhnya kosong.

Beberapa tentara dan buruh Korea Utara ditempatkan di sana untuk:

  • Menjaga kebersihan dan merawat bangunan
  • Mengoperasikan sistem pencahayaan
  • Berjalan-jalan sebentar untuk menciptakan kesan “aktivitas”

Mereka bukan warga biasa, melainkan bagian dari sistem yang menjaga narasi visual desa ini.

5. Desa yang Tidak Bisa Dikunjungi, Tapi Bisa Dilihat dari Jauh

Kijong-dong tidak dibuka untuk umum, bahkan bagi warga Korea Utara sendiri. Namun, jika kamu tertarik melihatnya, kamu bisa mengikuti tur DMZ dari Seoul, Korea Selatan.

Tur ini biasanya mencakup:

  • Kunjungan ke Observatorium Dora
  • Di sana, kamu bisa melihat Kijong-dong menggunakan teropong jarak jauh
  • Kamu juga akan melihat tiang bendera setinggi 160 meter – salah satu yang tertinggi di dunia, sebagai simbol persaingan visual antara dua Korea

Melalui teropong, kamu bisa melihat dengan jelas bangunan rapi namun tanpa kehidupan nyata – sebuah pemandangan yang mengesankan sekaligus aneh.

Baca Juga:  5 Fakta Unik Gazel Ekor Hitam: Antelop Asia yang Lincah dan Terancam Punah

Kijong-dong: Desa Kosong yang Penuh Pesan Politik

Kijong-dong adalah lebih dari sekadar desa kosong. Ia adalah bagian dari strategi propaganda Korea Utara yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Simbolisme Kijong-dong:

  • Mewakili usaha Korea Utara mengendalikan persepsi dunia luar
  • Menjadi contoh ekstrem dari bagaimana negara dapat menciptakan realitas buatan
  • Simbol konflik dan perbedaan antara sistem pemerintahan Korea Utara dan Selatan

Kehadiran Kijong-dong mengingatkan kita bahwa politik kadang bukan hanya tentang kekuasaan, tapi juga tentang pencitraan visual.

Fakta Tambahan Unik tentang Kijong-dong

FaktaPenjelasan
Nama resmiDesa Perdamaian (Peace Village)
LokasiSekitar 1,6 km dari perbatasan DMZ sisi Korea Utara
Bangunan ikonikMenara bendera raksasa, bangunan warna pastel
Bisa dikunjungi?❌ Tidak bisa (dari Korea Utara)
Bisa dilihat?✅ Ya, dari Observatorium Dora, Korea Selatan

Kijong-dong bukan sekadar pemandangan kosong di tengah DMZ – ia adalah simbol propaganda, kekuasaan visual, dan manipulasi persepsi publik.

Dibangun untuk menunjukkan “keberhasilan” Korea Utara, desa ini kini menjadi objek wisata dari jauh yang menyimpan misteri dan keanehan tersendiri.

Bagi siapa pun yang mempelajari geopolitik, sejarah Korea, atau strategi komunikasi massa, Kijong-dong adalah pelajaran hidup tentang bagaimana kekuatan simbol dan citra dapat menggantikan kenyataan.

Share it:

Related Articles