Temukan lima fakta sejarah Majapahit yang membentuk dasar peradaban Nusantara dan memahami dampaknya terhadap sejarah Indonesia.
Majapahit adalah salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Nusantara yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan peradaban di wilayah ini.
Kejayaan Majapahit tidak hanya terlihat dari kekuasaannya yang luas tetapi juga dari warisan budaya dan politik yang ditinggalkannya.
Dalam artikel ini, kita akan mengungkap lima fakta sejarah tentang Majapahit yang menunjukkan betapa pentingnya kerajaan ini dalam membentuk peradaban Nusantara dan bagaimana pengaruhnya terus terasa hingga hari ini.
1. Raden Wijaya: Arsitek dan Pendiri Majapahit

Kerajaan Majapahit, yang berdiri sejak tahun 1293, merupakan salah satu kerajaan terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia kuno.
Pendirinya, Nararya Singgramawijaya, lebih dikenal dengan nama Raden Wijaya, meskipun sebenarnya gelar “Raden” belum dikenal pada zamannya. Nararya Singgramawijaya tercatat dalam prasasti Kudadu tahun 1294 dan dalam kitab Nagarakertagama sebagai Dyah Wijaya.
Sebagai anggota bangsawan dari kerajaan Singasari, Raden Wijaya memiliki latar belakang yang kuat dalam politik dan militer, yang membantunya membangun dan mempertahankan kekuasaannya di Trowulan, Jawa Timur, tempat Majapahit didirikan.
Berbagai sumber sejarah, termasuk kitab Pararaton, menggambarkan Raden Wijaya sebagai sosok yang cerdas dan penuh strategi.
Ia berhasil memanfaatkan momen keruntuhan Singasari dan kekacauan politik yang diakibatkannya untuk mendirikan Majapahit.
Dari asal-usulnya yang mulia sebagai putra Mahisa Cempaka, pangeran Singasari, ia mengembangkan kerajaan yang akan menjadi simbol kejayaan Nusantara.
2. Hayam Wuruk: Era Keemasan Majapahit
Puncak kejayaan Majapahit terjadi di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Hayam Wuruk, yang naik takhta di usia muda yaitu 16 tahun, dijuluki sebagai salah satu pemimpin terbaik dalam sejarah Nusantara karena kepemimpinannya yang stabil dan progresif, sebagaimana didokumentasikan dalam epos Jawa, Nagarakertagama.
Kerajaan di bawah pemerintahannya meluas hingga mencakup hampir seluruh Nusantara termasuk Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, serta Tumasik (Singapura) dan beberapa bagian dari Kepulauan Filipina.
Kerajaan Majapahit di zaman Hayam Wuruk dikenal karena stabilitas dan perdamaian yang terjaga dengan baik. Dia adalah raja keempat dari Majapahit yang mewarisi tahta dari ibunya, Tribhuwana Tunggadewi, yang juga merupakan putri dari Raden Wijaya.
Bersama dengan Mahapatih Gajah Mada, Hayam Wuruk memperkuat dan memperluas pengaruh Majapahit melalui kebijakan luar negeri dan diplomasi, yang memungkinkan Majapahit menjadi salah satu kerajaan maritim terbesar di kawasan tersebut.
3. Gajah Mada: Panglima Tertinggi dan Arsitek Nusantara di Era Majapahit

Gajah Mada, sosok yang menjadi ikon kepemimpinan militer dan administratif di kerajaan Majapahit, diperkirakan lahir pada awal abad ke-14 dari kalangan rakyat biasa.
Kisah hidup Gajah Mada mencerminkan tema klasik tentang kebangkitan dari kondisi awal yang sederhana menuju puncak kekuasaan dan pengaruh.
Untuk bisa bergabung dengan pasukan kerajaan, ia harus menunjukkan dedikasi dan kemampuan yang jauh melebihi rekan-rekannya, berjuang keras untuk mendapatkan setiap promosi dalam hierarki militer dan administratif Majapahit.
Karier Gajah Mada di kerajaan dimulai sebagai prajurit dalam unit Bhayangkara, yang bertugas sebagai pengaman dan pengawal pribadi raja. Kemampuannya yang menonjol di medan perang dan dalam administrasi membawanya ke posisi Bekel, yaitu Kepala Prajurit Bhayangkara.
Pada tahun 1321, Gajah Mada mendapatkan promosi penting ketika ia diangkat menjadi Patih di Daha, sebuah wilayah yang signifikan dan lebih luas dari posisi sebelumnya.
Di Daha, ia mendapatkan lebih banyak pendidikan, pelatihan, dan bimbingan dari Maha Patih saat itu, Arya Tadah, yang dengan sengaja mempersiapkan Gajah Mada untuk menjadi penerusnya.
Setelah diangkat menjadi Mahapatih, Gajah Mada menjadi tangan kanan dari Raja Hayam Wuruk, mengemban tanggung jawab tidak hanya sebagai panglima tertinggi tetapi juga sebagai pengendali administrasi dan kebijakan kerajaan. Legitimasinya diperkuat oleh keyakinan populer bahwa ia adalah titisan dari Dewa Wisnu, dikenal sebagai Lembu Muksa.
Kepercayaan ini memberinya dukungan yang kuat dari rakyat Majapahit, memperkuat posisinya sebagai pemimpin yang disegani dan dihormati.
Gajah Mada dikenang tidak hanya karena keterampilan militer dan administratifnya, tetapi juga karena ambisinya dalam menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Pengaruhnya pada puncak kejayaan Majapahit tidak terpisahkan dari kesuksesan Hayam Wuruk sebagai raja.
Bersama-sama, mereka memperluas dan mempertahankan wilayah Majapahit yang meliputi sebagian besar Nusantara, menandai periode paling gemilang dalam sejarah kerajaan tersebut.
4. Pengucapan Sumpah Palapa
Sumpah Palapa merupakan janji politik bersejarah yang diucapkan oleh Gajah Mada pada saat pelantikannya sebagai Mahapatih Majapahit, menandakan komitmennya terhadap penyatuan dan penguasaan seluruh Nusantara.
Sumpah ini tidak hanya menjadi simbol ambisi Majapahit tetapi juga menggambarkan visi kepemimpinan Gajah Mada yang menginginkan kejayaan dan stabilitas kerajaan.
Dalam kitab Pararaton, Sumpah Palapa dirumuskan sebagai berikut: “Sira Gajah Mada Pepatih amangkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: ‘Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, saman ingsun amukti palapa.'”
Diterjemahkan, ini berarti: “Gajah Mada, sebagai Patih Mangkubumi, tidak akan menikmati palapa (kenikmatan duniawi) sampai ia berhasil menaklukkan seluruh Nusantara, termasuk Gurun, Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik (Singapura). Baru setelah itu, ia akan menikmati palapa.”
Sumpah ini mencerminkan dedikasi Gajah Mada untuk mengembangkan Majapahit menjadi kekuatan maritim yang dominan di kawasan yang lebih luas dari Indonesia modern, termasuk Malaysia, Singapura, dan sebagian dari Australia.
5. Kematian Gajah Mada dan Dampaknya Terhadap Majapahit

Kematian Gajah Mada pada tahun 1364 menandai titik balik dalam sejarah Majapahit. Meskipun penyebab pasti kematian sang Mahapatih masih menjadi misteri, dampaknya terhadap kerajaan sangat signifikan.
Hayam Wuruk, yang sangat tergantung pada kebijakan dan kepemimpinan Gajah Mada, merasa kehilangan mendalam dan menolak untuk mengangkat pengganti untuk posisi Mahapatih.
Keputusan ini mencerminkan tidak hanya rasa hormat yang mendalam yang dimiliki Hayam Wuruk terhadap Gajah Mada tetapi juga kesadaran akan peran vital yang telah dimainkan oleh Gajah Mada dalam membawa Majapahit ke puncak keemasannya.
Dengan memahami lima fakta sejarah Majapahit yang membentuk peradaban Nusantara ini, kita bisa lebih menghargai kontribusi besar kerajaan ini terhadap perkembangan budaya dan politik di Indonesia. Sejarah Majapahit bukan hanya sekedar masa lalu, tetapi juga fondasi penting dari identitas kita saat ini.