Temukan berbagai fakta menarik tentang Kaisar Nero, pemimpin terjahat dalam sejarah Romawi, yang akan mengungkap sisi gelap kekuasaan dan kepribadiannya.
Kaisar Nero, salah satu pemimpin paling kontroversial dalam sejarah Romawi, seringkali dikenal karena kebrutalannya dan kekejaman yang tak tertandingi.
Dalam artikel ini, kita akan mengungkap sepuluh fakta menarik tentang Nero, mulai dari kebijakan pemerintahan hingga aspek pribadi yang membuatnya menjadi sosok yang banyak diperbincangkan dalam sejarah.
Fakta Menarik Tentang Kaisar Romawi yang Kontroversial dan Tragis
1. Asal-usul dan Keturunan Kaisar Nero
Nero lahir dengan nama Lucius Domitius Ahenobarbus pada 15 Desember 37 Masehi di Antium, Italia, yang tidak jauh dari Roma.
Dia adalah anak semata wayang dari Gnaeus Domitius Ahenobarbus, seorang konsul Romawi, dan Agrippina the Younger, adik perempuan Kaisar Caligula.
Komentar ayahnya saat kelahiran Nero menunjukkan ketidakyakinannya terhadap dampak positif putranya bagi negara, “Tidak ada yang dihasilkan oleh saya dan Agrippina yang mungkin baik untuk negara atau rakyat.”
Ironisnya, Nero kemudian memang menjadi salah satu pemimpin yang paling kontroversial dalam sejarah Romawi.
Gnaeus meninggal pada 40 M, dan setelah insiden pembunuhan plot terhadap Caligula, Agrippina diasingkan hingga kematian Caligula yang memungkinkan Claudius naik tahta.
2. Kenaikan Nero ke Takhta

Kaisar Claudius, paman Nero, mengadopsi Nero setelah menikahi Agrippina pada tahun 49 Masehi. Adopsi ini tidak hanya mengubah nama Nero menjadi Nero Claudius Caesar Drusus Germanicus tetapi juga menetapkannya sebagai penerus tahta.
Claudius melakukan ini meskipun memiliki putra biologis, Britannicus, dari istri sebelumnya, Messalina.
Nero naik takhta pada usia yang sangat muda, 17 tahun, pada tahun 54 Masehi setelah kematian Claudius, yang banyak diklaim sebagai akibat dari pembunuhan berencana oleh Agrippina yang dilakukan dengan jamur beracun. Ini menjadikan Nero sebagai salah satu kaisar Romawi termuda dalam sejarah.
3. Hubungan Bermasalah Nero dengan Ibunya
Awal pemerintahan Nero sangat dipengaruhi oleh Agrippina, bersama dengan dua penasihatnya, Seneca Muda dan Sextus Afranius Burrus.
Konflik internal mulai muncul ketika Nero tumbuh tidak puas dengan pernikahannya dengan Claudia Octavia dan terlibat asmara dengan Poppaea Sabina, istri dari seorang teman.
Tidak setuju dengan perilaku anaknya, Agrippina mulai mempromosikan Britannicus sebagai pewaris sebenarnya, yang meninggal secara misterius pada Februari 55 M, diduga diracun oleh Nero.
Ketegangan antara Nero dan Agrippina mencapai puncaknya pada 59 M ketika Nero memutuskan untuk menghilangkan ibunya, yang mencerminkan keparahan konflik internal dalam keluarga kekaisaran.
4. Pembunuhan Terhadap Istri-istrinya
Nero, meski sempat menikahi Claudia Octavia, yang digambarkan oleh sejarawan Tacitus sebagai wanita yang berbudi luhur dan aristokrat, cepat merasa bosan dan membenci istrinya tersebut.
Mendorong oleh perselingkuhannya dengan Poppaea Sabina, Nero mencari alasan untuk membebaskan diri dari pernikahan ini.
Setelah 8 tahun berumah tangga, ia menuduh Octavia dengan tuduhan mandul dan perzinaan. Nero, dalam kekejamannya, dilaporkan beberapa kali mencekik Octavia sebelum akhirnya memerintahkan pembunuhannya dan memenggal kepalanya.
Kepala Octavia dikirim ke Sabina sebagai bukti kesetiaan dan kejamnya tindakan Nero. Pernikahan dengan Sabina tidak berlangsung lama.
Setelah perdebatan yang memuncak saat Sabina hamil anak kedua, Nero menendang perut Sabina hingga menyebabkan kematiannya dan janinnya pada tahun 65 M.
Meskipun dia mengalami masa berkabung yang panjang, Nero memberikan Sabina pemakaman kenegaraan yang mewah.
5. Penganiayaan terhadap Kaum Kristen

Untuk mengalihkan perhatian dari dirinya terkait kebakaran dan memanfaatkan situasi tersebut, Nero menyalahkan kaum Kristen sebagai biang keladi bencana tersebut.
Dengan cepat ia memerintahkan penangkapan dan eksekusi terhadap mereka, yang memicu gelombang penganiayaan besar-besaran terhadap kaum Kristen di Roma.
Kekejaman Nero terhadap mereka termasuk penyiksaan brutal, di mana korban-korban tersebut dijadikan makanan untuk anjing atau dibakar hidup-hidup di taman-taman istana, badan mereka dilumuri minyak sebagai sumber cahaya pada malam hari.
Kebijakan penganiayaan ini berlangsung dan mempengaruhi nasib kaum Kristen di Roma selama lebih dari seabad.
6. Nero: Penggemar Seni dan Olimpiade
Setelah kematian ibunya, Nero semakin terlibat dalam kegiatan artistik dan budaya. Awalnya, ia hanya bernyanyi dan bermain lira di acara-acara pribadi, tetapi kemudian mulai tampil di depan umum untuk meningkatkan popularitasnya.
Nero memperluas partisipasinya dalam seni dengan berakting dalam berbagai peran dan berkompetisi dalam olimpiade, yang ia perintahkan diadakan setiap lima tahun.
Dalam salah satu kompetisi olimpiade, ia mengendarai kereta yang ditarik oleh sepuluh kuda dan hampir kehilangan nyawanya ketika terlempar dari kereta tersebut.
Meskipun mengalami kesulitan dalam beberapa perlombaan, sebagai kaisar, ia selalu dinyatakan sebagai pemenang dan mahkotanya dipamerkan di Roma.
7. Pembangunan Domus Aurea: Istana Emas Nero
Setelah kebakaran besar yang melanda Roma pada tahun 64 M, Kaisar Nero memanfaatkan kesempatan untuk memerintahkan pembangunan sebuah istana baru yang megah, dikenal sebagai Domus Aurea atau Istana Emas.
Proyek ini tidak hanya menampilkan kecintaan Nero pada kemewahan, tetapi juga ambisinya dalam menciptakan monumen yang akan mengabadikan namanya.
Istana ini direncanakan dengan pintu masuk monumental yang berdiri dengan kolom sepanjang 37 meter dan dihiasi dengan patung raksasa dirinya sendiri.
Pembangunan Domus Aurea hampir selesai pada tahun 68 M, tahun yang sama dengan berakhirnya hidup Nero melalui bunuh diri.
8. Relasi Nero dengan Sporus
Dalam satu dari serangkaian tindakan yang paling kontroversial, pada tahun 67 M, Nero memerintahkan kekebiriannya terhadap seorang mantan budak bernama Sporus.
Nero kemudian menikahi Sporus, yang menurut Cassius Dio memiliki kemiripan yang mencolok dengan mendiang istri Nero, Poppaea Sabina.
Perkawinan ini, menurut beberapa sejarawan, adalah upaya Nero untuk menenangkan rasa bersalahnya atas kematian Poppaea, yang dia bunuh dengan tendangan brutal selama kehamilannya.
9. Kebakaran Besar Roma dan Tuduhan Terhadap Nero

Pada 18-19 Juli 64 M, Roma dilanda kebakaran besar yang menghancurkan sekitar 75% kota. Kebakaran bermula di lereng Aventine dan merambat ke Circus Maximus, berlangsung lebih dari enam hari.
Walaupun Nero tidak berada di Roma saat itu, rumor berkembang bahwa ia memiliki peran dalam insiden tersebut.
Sejarawan seperti Pliny the Elder, Suetonius, dan Cassius Dio menuding Nero, sementara Tacitus mengakui tidak ada bukti konkret akan keterlibatan Nero, namun tetap meragukan ketidakterlibatannya.
Tuduhan ini menghasilkan spekulasi luas bahwa Nero mungkin menggunakan kebakaran sebagai alasan untuk membangun ulang kota sesuai visinya.
10. Kematian dan Legenda Anti-Kristus
Pemerintahan Nero menyaksikan ketidakstabilan ekonomi yang signifikan, sebagian karena biaya rekonstruksi Roma dan pembangunan Domus Aurea. Unrest juga terjadi di Inggris dan Yudea, serta konflik dengan Parthia.
Pada tahun 65 M, sebuah komplotan untuk membunuh Nero terungkap dan konspirator langsung dihukum mati.
Namun, pemberontakan terus berlanjut dan pada Maret 68 M, Gaius Julius Vindex, gubernur Gallia Lugdunensis, mengajak gubernur lain, Servius Sulpicius Galba, untuk memberontak dan menyatakan diri sebagai Kaisar Romawi.
Ketika dukungan untuk Galba meningkat, Nero menemukan dirinya ditinggalkan oleh para pendukungnya. Pada akhirnya, dia memilih untuk bunuh diri pada 9 Juni 68 M dengan bantuan sekretaris pribadinya, Epaphroditos. Kejadian ini menandai akhir dari dinasti Julio-Claudian.
Setelah kematiannya, legenda Nero terus menghantui, terutama di kalangan Kristen, yang mengkhawatirkan kemungkinan kembalinya Nero sebagai Anti-Kristus, seorang tokoh apokaliptik yang akan membawa kehancuran dan kejahatan.
Dengan mempelajari sepuluh fakta menarik tentang Kaisar Nero, kita dapat lebih memahami kompleksitas dan dampak dari kepemimpinan seorang penguasa yang meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Romawi.
Dari kebijakan yang menakutkan hingga karakter pribadinya yang unik, Nero tetap menjadi salah satu figur paling menarik dan kontroversial dalam kajian sejarah.