Pluto Bukan Lagi Planet? Simak 6 Fakta Menarik Berikut Ini

Pluto Bukan Lagi Planet? Simak 6 Fakta Menarik Berikut Ini
Foto: Nasa/Unsplash

Pelajari alasan di balik perubahan status Pluto dari planet menjadi planet kerdil dan temukan beragam fakta menarik tentang keputusan kontroversial ini.

Pluto, yang dahulu dikenal sebagai planet kesembilan dalam tata surya kita, kini telah mengalami perubahan status yang mengejutkan.

Pada tahun 2006, Persatuan Astronomi Internasional (IAU) memutuskan untuk mengubah klasifikasi Pluto dari planet menjadi planet kerdil. Keputusan ini memicu perdebatan dan rasa penasaran di kalangan masyarakat.

Mengapa Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet? Simak 6 fakta menarik berikut ini untuk memahami lebih dalam mengenai perubahan status Pluto dan alasan di baliknya.

Fakta Unik tentang Pluto yang Tidak Lagi Berstatus Planet

1. Penemuan Pluto pada Tahun 1930

Penemuan Pluto pada Tahun 1930
Foto: The Spaceway/Pixabay

Pluto pertama kali ditemukan oleh astronom Amerika, Clyde Tombaugh, pada tahun 1930. Menurut sumber dari Britannica, Tombaugh terlibat dalam proyek pencarian Planet X, sebuah planet hipotetis yang diyakini berada di luar Neptunus.

Dalam rangka pencarian ini, ia mengambil banyak foto dari wilayah langit tempat Planet X diperkirakan berada.

Pluto akhirnya ditemukan pada dua lempeng fotografis yang diambil pada bulan Januari 1930, setelah Tombaugh memeriksa berbagai lempeng foto untuk menemukan pergerakan objek yang konsisten yang menandakan adanya sebuah planet.

2. Asal Usul Nama Pluto

Nama “Pluto” diumumkan pada tanggal 13 Maret 1930, setelah penemuan planet tersebut. Falconer Madan, mantan kepala Perpustakaan Bodleian di Universitas Oxford, membacakan berita tentang penemuan tersebut kepada kedua putrinya, Ethel dan Venetia.

Venetia, yang tertarik dengan mitologi, menyarankan nama Pluto, yang diambil dari nama dewa dunia bawah dalam mitologi Romawi, yang serupa dengan Hades dalam mitologi Yunani.

Madan, terkesan dengan usulan Venetia, segera menghubungi astronom Herbert Hall Turner, yang kemudian mengusulkan nama tersebut ke Universitas Lowell, tempat Tombaugh melakukan penelitiannya.

Pluto dipilih sebagai nama karena dewa Pluto bisa membuat dirinya tak terlihat, mirip dengan planet ini yang sulit ditemukan dan misterius.

3. Pluto Kehilangan Status Sebagai Planet

Pada bulan Agustus 2006, keputusan signifikan diambil oleh International Astronomical Union (IAU) yang menurunkan status Pluto dari sebuah planet menjadi dwarf planet atau planet katai.

Keputusan ini diambil karena Pluto tidak memenuhi salah satu dari tiga kriteria yang ditetapkan oleh IAU untuk definisi sebuah planet. Kriteria yang tidak terpenuhi oleh Pluto adalah kemampuannya untuk membersihkan lingkungan orbitnya dari benda-benda lain.

Hal ini menjadi poin penting yang membedakan Pluto dari planet-planet lain dalam sistem tata surya kita, mengakibatkan hilangnya status planet yang telah dipegangnya sejak penemuannya.

4. Awalnya Diperkirakan Sebagai Raksasa

Awalnya Diperkirakan Sebagai Raksasa
Foto: Zch/Pexels

Ketika Clyde Tombaugh pertama kali menemukan Pluto pada tahun 1930, ia dipercaya memiliki ukuran yang lebih besar daripada Merkurius dan mungkin saja lebih besar dari Bumi. Persepsi awal ini terbentuk karena keterbatasan teknologi pengamatan yang ada pada saat itu.

Namun, seiring dengan kemajuan teknologi dan pengamatan yang lebih detail, terungkap bahwa Pluto sebenarnya memiliki diameter hanya sekitar 2.352 kilometer.

Ukuran ini membuatnya kurang dari 20 persen dari ukuran Bumi, menjadikannya planet terkecil dalam sistem tata surya kita sebelum statusnya diubah menjadi dwarf planet.

Perubahan pemahaman ini menggarisbawahi betapa pentingnya teknologi dalam astronomi untuk memperbaiki dan memperdalam pemahaman kita tentang alam semesta.

5. Orbit Unik Pluto

Pluto memiliki orbit yang sangat eliptis dan tidak berada pada bidang yang sama dengan delapan planet resmi lainnya di tata surya kita.

Pluto mengelilingi Matahari dari jarak sekitar 5,87 miliar kilometer dan membutuhkan waktu sekitar 248 tahun untuk menyelesaikan satu putaran penuh.

Karakteristik orbit yang tidak biasa ini menghasilkan fenomena di mana, selama beberapa periode dalam orbitnya, jalur Pluto akan tumpang tindih dengan orbit Neptunus.

Selama fase ini, Pluto sebenarnya lebih dekat ke Bumi daripada Neptunus, memberikan perspektif yang unik dan menantang terhadap pemahaman tradisional kita tentang tata surya.

6. Kondisi Sangat Dingin di Pluto

Kondisi Sangat Dingin di Pluto
Foto: Javier Miranda/Unsplash

Lokasi Pluto yang jauh dari Matahari menjadikannya salah satu tempat terdingin dalam tata surya kita, dengan suhu permukaan rata-rata mencapai sekitar minus 225 derajat Celsius.

Komposisi Pluto diperkirakan terdiri dari sekitar 70 persen batuan dan 30 persen es. Permukaannya didominasi oleh es nitrogen, yang membentuk lapisan dingin di atas batuan yang keras.

Kondisi yang sangat dingin ini menandai Pluto sebagai dunia yang keras namun memikat, dengan lanskap es yang luas yang berbeda dengan planet lain di tata surya kita.

Penelitian lebih lanjut dan misi seperti New Horizons NASA terus mengungkap rahasia dan kompleksitas dari planet katai yang jauh ini.

Dengan perubahan status yang kontroversial ini, Pluto tetap menjadi objek yang menarik untuk dipelajari dan diperdebatkan.

Perubahan klasifikasi ini juga mengingatkan kita betapa dinamisnya ilmu pengetahuan dan betapa banyak yang masih harus kita pelajari tentang alam semesta.

Meskipun tidak lagi disebut sebagai planet, Pluto terus memikat hati para astronom dan penggemar antariksa dengan misteri-misterinya yang tak terungkap.

Terus ikuti perkembangan penelitian tentang Pluto dan benda langit lainnya untuk memperkaya pengetahuan kita tentang kosmos yang luas ini.

Share it:

Tags

Related Articles