7 Fakta Unik Hari Suci Nyepi, Tradisi Hening Masyarakat Hindu Indonesia

7 Fakta Unik Hari Suci Nyepi, Tradisi Hening Masyarakat Hindu Indonesia
Foto: Mongabay Indonesia/X https://x.com/MongabayID

Temukan berbagai fakta unik tentang Hari Suci Nyepi, perayaan hening penuh makna dalam tradisi masyarakat Hindu di Indonesia.

Hari Suci Nyepi merupakan salah satu perayaan keagamaan yang paling unik dan menarik dalam tradisi Hindu di Indonesia.

Dirayakan setiap tahun baru Saka, Nyepi mengajak seluruh masyarakat Hindu untuk melakukan refleksi diri, introspeksi, dan meditasi dalam suasana yang hening dan damai.

Dalam artikel ini, kita akan mengulas 7 fakta unik tentang Hari Suci Nyepi yang akan memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai tradisi hening yang sarat makna ini.

Fakta Unik tentang Hari Suci Nyepi

1. Pengenalan Nyepi dan Tahun Baru Saka

Pengenalan Nyepi dan Tahun Baru Saka
Foto: Gaudi Lab/Envato Elements

Nyepi, yang diadakan sebagai perayaan Tahun Baru Saka, merupakan momen penting dalam kalender tradisional umat Hindu di Indonesia.

Tahun Baru Saka sendiri mengikuti siklus kalender lunisolar yang berakar pada tradisi India kuno, tetapi telah beradaptasi dengan konteks budaya dan religius Indonesia, khususnya di Bali.

Tanggal Nyepi biasanya ditentukan berdasarkan perhitungan astronomis dan astrologis, jatuh pada tilem (matinya bulan) yang terakhir di bulan kesembilan kalender Saka.

Dalam kalender Gregorian, perayaan ini sering kali jatuh pada bulan Maret atau April. Tanggal spesifiknya dapat berubah-ubah setiap tahun, mengikuti pergerakan siklus bulan.

2. Makna dan Filosofi Nyepi

Hari Nyepi dipahami sebagai “Hari Hening” karena umat Hindu di Indonesia, terutama di Bali, mengamati empat pantangan utama selama 24 jam, yang dimulai dari matahari terbit hingga matahari terbit keesokan harinya. Keempat pantangan tersebut adalah:

  • Amati Geni: larangan menggunakan api atau lampu, simbol dari menghindari hasrat dan emosi negatif.
  • Amati Karya: larangan melakukan kegiatan fisik dan pekerjaan apapun, mengarah pada introspeksi diri dan ketenangan pikiran.
  • Amati Lelungan: larangan bepergian, yang bertujuan untuk menenangkan dan menyucikan alam.
  • Amati Lelanguan: larangan bersuara atau membuat kebisingan, mencerminkan ketenangan batin dan pengendalian diri.

3. Adanya Pawai Ogoh-ogoh

Pawai Ogoh-ogoh adalah sebuah peristiwa yang sangat spektakuler dan sarat dengan makna simbolis, yang biasanya diadakan pada malam Pengrupukan, yaitu malam sebelum Nyepi.

Ogoh-ogoh adalah patung-patung raksasa yang dibuat dari bahan yang ringan namun kuat seperti bambu, kertas, dan busa.

Patung-patung ini dirancang dengan sangat detail dan artistik, menggambarkan makhluk-makhluk mitologis atau figur-figur yang melambangkan kekuatan jahat atau roh-roh jahat.

Proses pembuatan Ogoh-ogoh sendiri melibatkan kerja sama dan kreativitas dari masyarakat setempat, terutama oleh pemuda di banjar-banjar (komunitas lokal).

Pawai ini diadakan dengan meriah, di mana Ogoh-ogoh diarak keliling desa dengan diiringi musik gamelan yang bergema, tarian, dan teriakan.

Tujuan utama dari pawai ini adalah untuk mengusir roh-roh jahat dan energi negatif dari lingkungan, sebagai simbolisasi pembersihan alam semesta dari pengaruh-pengaruh buruk.

4. Dilakukannya Upacara Melasti

Upacara Melasti, yang dilakukan beberapa hari sebelum Nyepi, merupakan upacara pembersihan spiritual yang sangat penting. Dalam upacara ini, umat Hindu di Bali melakukan perjalanan ke sumber-sumber air suci, seperti pantai, danau, atau sungai.

Mereka membawa arca dan benda-benda suci dari berbagai pura (tempat ibadah) untuk diarak dan dibersihkan. Kegiatan ini dilakukan untuk membersihkan pura dan segala atributnya dari pengaruh negatif dan untuk mensucikan diri serta alam.

Prosesi ini dipenuhi dengan doa dan nyanyian keagamaan, serta diiringi oleh gamelan tradisional. Melasti adalah wujud dari upaya umat Hindu untuk menyucikan dan menyelaraskan hubungan antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual.

5. Ritual Pengerupukan

Ritual Pengerupukan
Foto: Gaudi Lab/Envato Elements

Pengerupukan adalah upacara penyucian yang bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat dari rumah dan lingkungan sekitar.

Selama ritual ini, umat Hindu di Bali akan menabuh kulkul, yang merupakan lonceng bambu tradisional, dan menggunakan kentongan, alat pukul yang dibuat dari kayu. Suara dari kulkul dan kentongan ini dipercaya memiliki kekuatan untuk mengusir roh jahat dan energi negatif.

Selain itu, umat juga melakukan pemukulan alat musik, penyalaan obor, dan pariwara Ogoh-ogoh yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk pengusiran roh jahat tetapi juga sebagai simbolisasi penghapusan pengaruh buruk dan penyucian diri menjelang hari refleksi dan meditasi yang mendalam selama Nyepi.

6. Penutupan Sementara Bandara Internasional Ngurah Rai

Salah satu manifestasi unik dari Nyepi adalah penutupan total Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali selama 24 jam. Ini merupakan satu-satunya bandara di dunia yang menghentikan semua operasi penerbangan untuk menghormati hari raya agama.

Penutupan bandara ini menggambarkan komitmen komunitas Hindu Bali terhadap pelestarian tradisi dan kepatuhan terhadap nilai-nilai spiritual yang diajarkan oleh agama Hindu.

7. Dampak Positif Nyepi terhadap Lingkungan

Dampak Positif Nyepi terhadap Lingkungan
Foto: Nyepi By Bali.Com/Instagram

Dampak dari perayaan Nyepi terhadap lingkungan adalah signifikan dan memberikan pelajaran tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan. Selama 24 jam, kegiatan di seluruh pulau dihentikan, yang mengakibatkan penurunan drastis dalam polusi udara dan kebisingan.

Tanpa adanya kendaraan yang beroperasi, lampu yang menyala, atau aktivitas industri, pulau ini mengalami penurunan signifikan dalam konsumsi energi dan emisi karbon.

Keadaan ini memberikan kesempatan bagi alam Bali untuk “bernapas” dan beristirahat dari tekanan aktivitas manusia sehari-hari.

Efek jangka panjangnya adalah kesadaran yang lebih besar akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan dapat dijadikan contoh global tentang bagaimana tradisi dan kegiatan budaya dapat menyumbang positif terhadap perlindungan lingkungan.

Hari Suci Nyepi bukan hanya sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga sebuah tradisi yang mengajarkan nilai-nilai spiritual dan kesadaran lingkungan.

Dengan memahami 7 fakta unik tentang Nyepi, kita dapat lebih menghargai kekayaan budaya dan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Hindu di Indonesia.

Share it:

Tags

Related Articles