Temukan berbagai fakta unik tentang Hatshepsut, firaun wanita yang mengubah sejarah Mesir dengan kepemimpinannya yang luar biasa dan pencapaian monumental.
Hatshepsut adalah salah satu tokoh paling menarik dalam sejarah Mesir kuno. Sebagai firaun wanita yang berhasil memimpin Mesir dengan sukses, Hatshepsut menorehkan prestasi yang tidak kalah dengan firaun pria.
Selama masa pemerintahannya, dia membawa kemakmuran, pembangunan, dan ekspansi yang signifikan bagi Mesir.
Artikel ini akan mengungkap 6 fakta unik tentang Hatshepsut yang menunjukkan bagaimana dia mengubah sejarah Mesir dan meninggalkan warisan yang luar biasa.
Fakta tentang Hatshepsut Firaun Wanita Berpenampilan Maskulin
1. Pemerintahan yang Stabil dan Panjang

Hatshepsut, salah satu dari sedikit firaun wanita dalam sejarah Mesir Kuno, memerintah selama hampir dua dekade, sebuah periode yang dianggap panjang dan stabil untuk pemerintahan pada zamannya.
Menurut The Metropolitan Museum of Art, ia memegang kekuasaan dari tahun 1473 hingga 1458 SM, pada era awal Kerajaan Baru di abad ke-18 SM.
Selama masa pemerintahannya, Hatshepsut tidak hanya menegaskan dirinya sebagai penguasa efektif tetapi juga mengambil semua gelar kebesaran tradisional seorang firaun, termasuk penampilan maskulin yang ditandai dengan janggut palsu dan pakaian firaun pria, untuk menegaskan otoritas dan legitimasinya sebagai pemimpin.
2. Latar Belakang Keluarga Kerajaan
Menurut National Geographic, Hatshepsut adalah putri dari Firaun Thutmosis I dan Ratu Ahmose. Mempertahankan tradisi kerajaan, ia menikah dengan saudara tirinya, Thutmosis II, yang mana pernikahan ini mengukuhkan posisinya dalam hierarki kerajaan.
Bersama Thutmosis II, ia memiliki seorang putri bernama Neferure. Ketika Thutmosis II wafat pada tahun 1479 SM, takhta diberikan kepada Thutmosis III, putra Thutmosis II dari istri lain, yang pada saat itu baru berusia dua tahun.
Hatshepsut awalnya bertindak sebagai wali untuk Thutmosis III yang masih muda, menjalankan fungsi pemerintahan atas namanya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Hatshepsut mulai mengambil peran yang lebih dominan, berpindah dari posisi wali menjadi penguasa de facto, dan akhirnya memproklamirkan dirinya sebagai firaun.
Langkah ini tidak hanya menunjukkan keberanian dan kecerdikan politiknya tetapi juga menandai perubahan signifikan dalam cara pemerintahan dijalankan, dengan seorang wanita secara terbuka memegang kendali atas salah satu peradaban paling maju di dunianya.
Hatshepsut dikenal akan kebijaksanaan dan ambisinya dalam memperluas perdagangan, memperkuat ekonomi Mesir, serta membangun monumen-monumen besar yang masih bertahan hingga hari ini, termasuk kuil mortuarnya di Deir el-Bahari.
3. Inisiatif Militer dan Pembangunan Besar-Besaran oleh Hatshepsut
Selama pemerintahannya, Hatshepsut tidak hanya memfokuskan diri pada pemerintahan dalam negeri tetapi juga mengambil langkah proaktif untuk memperkuat posisi Mesir di kancah internasional melalui kampanye militer dan proyek pembangunan besar-besaran.
Sebagai bagian dari upayanya untuk memperluas pengaruh Mesir, ia mengirim ekspedisi militer ke Byblos dan Sinai, serta melancarkan kampanye militer melawan Nubia dan Canaan, yang membantu memperkokoh kekuasaan Mesir di wilayah tersebut.
Di samping itu, Hatshepsut juga dikenal karena ambisi konstruksinya yang monumental. Menurut Rosicrucian Egyptian Museum, salah satu pencapaiannya yang paling menonjol adalah pembangunan kuil besar di Deir el-Bahri, yang dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia kuno Mesir.
Kuil ini, dengan arsitektur yang menakjubkan, menandai era baru dalam konstruksi monumental Mesir
Selain itu, ia juga membangun dua pasang obelisk setinggi 30 meter di Karnak dan sebuah kuil kamar mayat yang megah, dikenal sebagai Djeser-Djeseru, yang menampilkan kecanggihan arsitektural dan keindahan artistik yang luar biasa.
4. Ekspedisi Perdagangan ke Tanah Punt

Tidak terbatas pada kemajuan militer dan konstruksi, Hatshepsut juga menunjukkan kecerdasan dalam ekonomi dan perdagangan.
Ia memulai ekspedisi perdagangan yang berani ke Tanah Punt, sebuah wilayah yang kaya akan sumber daya, yang belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh pendahulunya.
Ekspedisi ini bukan hanya berhasil mengimpor barang-barang berharga seperti pohon Mur dan kemenyan yang digunakan oleh Hatshepsut sendiri sebagai eyeliner tetapi juga gading, kayu hitam, emas, kulit macan tutul, dan dupa.
Menurut laman History, barang-barang berharga ini diimpor ke Mesir sebagai hasil pertukaran dengan barang-barang yang dibawa dari Mesir, mengukuhkan Mesir sebagai pusat perdagangan dan kekayaan.
Ekspedisi ini, yang tidak hanya memperkuat ekonomi Mesir tetapi juga memperluas jaringan diplomatik dan perdagangan, adalah salah satu contoh bagaimana Hatshepsut berhasil menggabungkan kekuatan militer, ambisi konstruktif, dan kecerdasan ekonomi untuk mengarahkan era keemasan Mesir selama pemerintahannya.
5. Penampilan Maskulin Hatshepsut
Menurut informasi dari The Metropolitan Museum of Art, selama 20 tahun pemerintahannya, Hatshepsut memperkenalkan perubahan signifikan dalam representasi dirinya dalam seni dan patung.
Dia meminta para seniman untuk menggambarkannya dengan ciri-ciri maskulin, termasuk mengenakan hiasan kepala khas firaun, janggut palsu, dan pakaian tradisional yang biasanya dikenakan oleh firaun pria.
Perubahan ini dilakukan untuk mengkomunikasikan kekuatan dan legitimasi kepemimpinannya dalam konteks budaya yang mendominasi laki-laki.
Dengan mengadopsi simbol-simbol kekuasaan firaun pria, Hatshepsut menegaskan haknya untuk dihormati dan diperlakukan setara dengan firaun pria lainnya.
Ini adalah langkah strategis untuk mengatasi tantangan yang dia hadapi sebagai wanita yang memegang posisi tertinggi di Mesir kuno, di mana sebelumnya belum pernah ada penguasa wanita yang memerintah secara independen.
6. Kematian dan Pemakaman Hatshepsut

Hatshepsut memerintah Mesir dari tahun 1473 hingga 1458 SM dan meninggal pada usia pertengahan 40-an.
Menurut Egypt Tours Portal, kematian Hatshepsut disebabkan oleh beberapa masalah kesehatan termasuk abses yang terjadi setelah pencabutan gigi, diabetes, dan kanker tulang.
Keadaan kesehatannya yang memburuk akhirnya mengakhiri pemerintahannya yang lama dan berpengaruh. Meskipun ia membangun kuil kamar mayat yang megah di Deir el-Bahri, Hatshepsut tidak dimakamkan di sana.
Sebaliknya, ia dimakamkan di Lembah Para Raja bersama ayahnya, Thutmosis I, di makam yang dimodifikasi untuk menampung keduanya.
Makam ini kemudian ditemukan oleh arkeolog Inggris, Howard Carter, pada tahun 1903, yang membuka lebih banyak wawasan mengenai peradaban Mesir kuno dan era pemerintahan Hatshepsut.
Penemuan ini memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman kita tentang praktik pemakaman dan ritual kerajaan di Mesir kuno.
Mengungkap 6 fakta unik tentang Hatshepsut memberikan kita pandangan lebih dalam mengenai peran pentingnya dalam sejarah Mesir.
Kepemimpinan dan visi Hatshepsut membawa perubahan besar dan kemajuan yang berdampak jangka panjang bagi peradaban Mesir kuno. Semoga informasi ini menambah pengetahuan dan apresiasi kita terhadap tokoh sejarah yang luar biasa ini.
Dengan mengenal lebih dekat sosok Hatshepsut, kita dapat lebih menghargai warisan budaya dan sejarah yang telah ditinggalkannya. Ajaklah teman dan keluarga untuk mengeksplorasi lebih banyak tentang sejarah Mesir yang kaya dan inspiratif.