7 Fakta Unik Banyuwangi, Dari Sejarah Kerajaan Blambangan hingga Mitos Sri Tanjung

7 Fakta Unik Banyuwangi, Dari Sejarah Kerajaan Blambangan hingga Mitos Sri Tanjung
Foto: Dewa Made Bayuputra/Unsplash

Temukan berbagai fakta unik tentang Banyuwangi, mulai dari sejarah Kerajaan Blambangan hingga mitos Sri Tanjung yang penuh misteri dan menarik.

Banyuwangi, kota yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, memiliki beragam kekayaan sejarah dan budaya yang patut untuk dieksplorasi.

Dari zaman Kerajaan Blambangan yang bersejarah hingga mitos Sri Tanjung yang penuh misteri, Banyuwangi menyimpan banyak cerita unik dan menarik yang menunggu untuk diungkap.

Fakta Unik Banyuwangi Kabupaten Terluas di Jawa Timur

1. Geografi dan Keunikan Alam Banyuwangi

Geografi dan Keunikan Alam Banyuwangi
Foto: Mega Caesaria/Unsplash

Banyuwangi, yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, adalah kabupaten terluas di Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah mencapai 5.782,50 kilometer persegi. Dengan luas ini, Banyuwangi bahkan melebihi luas Pulau Bali yang hanya 5.636,66 kilometer persegi.

Karakteristik geografisnya yang unik mencakup garis pantai sepanjang 175,8 kilometer dan keberadaan 10 pulau kecil yang tersebar di sepanjang pantai.

Lebih dari sepertiga wilayahnya, yaitu sekitar 183.396,34 hektare atau 31,72 persen, adalah hutan, sedangkan lahan pertanian membentang seluas 66.152 hektare dan perkebunan sekitar 82.143,63 hektare.

Wilayah pemukiman menduduki 127.454,22 hektare. Banyuwangi berbatasan langsung dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Jember dan Bondowoso di barat, yang semuanya menambah keanekaragaman ekosistem dan budayanya.

2. Asal-usul Sejarah dan Kerajaan Blambangan

Sejarah Banyuwangi sangat erat kaitannya dengan Kerajaan Blambangan, yang terkenal sebagai benteng terakhir Hindu di Jawa. Kerajaan ini didirikan seiring dengan kemunduran Kerajaan Majapahit di akhir era mereka.

Menjadi salah satu vasal terakhir Majapahit, Blambangan menjadi tempat perlindungan bagi Bhre Wirabhumi yang terlibat dalam pertikaian suksesi di Majapahit.

Kemudian, pada tahun 1478, keturunan Kertabhumi, yang dipimpin oleh Miruda, mengungsi ke Blambangan dan mendirikan pertapaan Watuputih di hutan Blambangan.

Legenda mengatakan bahwa Lembu Miruda berdoa di sana agar keturunannya bisa berkuasa, yang mana kemudiannya terkabul.

Pada abad ke-16, Bima Koncar, cucu Lembu Miruda, naik tahta dan mengukuhkan kedudukannya sebagai Raja Blambangan.

Era pemerintahannya menjadi salah satu momen penting dalam sejarah regional, mengingat Blambangan kemudian memainkan peran signifikan dalam berbagai periode konflik dan perubahan politik di Jawa Timur.

3. Hari Jadi Banyuwangi: Perang Puputan Bayu Sebagai Titik Balik

Hari Jadi Banyuwangi, yang diperingati setiap tanggal 18 Desember, mengacu pada tahun 1771, sebuah momen penting dalam sejarah lokal.

Tanggal ini ditetapkan berdasarkan Perang Puputan Bayu, yang berarti “perang habis-habisan” antara penduduk Blambangan melawan kolonial Belanda.

Awal mula konflik ini berakar dari penyerahan wilayah Blambangan oleh Pakubuwono II kepada VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) sebagai bagian dari taktik politiknya.

Awalnya, VOC tidak menganggap Blambangan sebagai wilayah strategis, sehingga mengabaikannya hingga Inggris mulai membangun pengaruh di sana dengan mendirikan kantor dagang di Kompleks Inggrisan, Banyuwangi.

Pergerakan VOC yang terlambat menyadari pentingnya wilayah tersebut memicu perang besar yang berlangsung dari tahun 1767 hingga 1772.

Perang Puputan Bayu tidak hanya menjadi simbol perlawanan heroik lokal tetapi juga titik awal formal pengakuan Banyuwangi sebagai entitas administratif.

4. Legenda Sri Tanjung: Asal-usul Nama Banyuwangi

Legenda Sri Tanjung Asal-usul Nama Banyuwangi
Foto: Iswahyuni28/X

Nama Banyuwangi sering dikaitkan dengan legenda tragis Sri Tanjung, istri setia dari Patih Sidopekso. Menurut cerita rakyat, kecantikan Sri Tanjung menarik perhatian Prabu Sulahkromo, raja yang dikenal licik dan berambisi.

Dalam usahanya untuk merebut hati Sri Tanjung, Prabu Sulahkromo mengirimkan suaminya dengan tugas mustahil untuk mengalihkannya.

Meskipun diberondong rayuan, Sri Tanjung tetap setia menanti kepulangan suaminya, yang membuat Prabu Sulahkromo murka dan memfitnahnya. Saat Patih Sidopekso kembali, ia dihadapkan dengan fitnah tersebut dan dalam kemarahan, ia nyaris membunuh Sri Tanjung.

Dengan keyakinan pada kesuciannya, Sri Tanjung meminta jasadnya dibuang ke sungai yang keruh, dengan keyakinan bahwa jika air sungai menjadi jernih dan harum, itu akan membuktikan kesetiaannya.

Setelah peristiwa pembunuhan itu, sungai tersebut memang menjadi jernih dan wangi, menyadarkan Patih Sidopekso atas kesalahan fatalnya.

Kesedihan dan penyesalan Patih Sidopekso diungkapkan melalui teriakannya yang berulang, “banyu.. wangi… banyu… wangi…”, yang kemudian menjadi asal nama Banyuwangi.

5. Julukan-Julukan Menarik Banyuwangi

Banyuwangi, sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Jawa, dikenal dengan berbagai julukan yang mencerminkan keunikan dan sejarahnya.

The Sunrise of Java adalah julukan yang menonjol, menggambarkan posisi geografisnya sebagai tempat pertama di Jawa yang menyambut sinar matahari setiap pagi.

Selain itu, Banyuwangi juga disebut sebagai Bumi Blambangan, mengingat sejarahnya sebagai lokasi Kerajaan Blambangan yang berpengaruh. Julukan Kota Osing merujuk pada Suku Osing, penduduk asli yang kaya akan budaya dan tradisi di daerah ini.

Terakhir, Kota Festival merupakan penghormatan atas keberhasilan Banyuwangi dalam menggelar berbagai acara budaya, seperti Banyuwangi Ethno Carnival yang pertama kali diadakan pada tahun 2011 dan terus berlanjut dengan sukses besar.

6. Taman Nasional Alas Purwo

Di ujung timur Banyuwangi, terletak Taman Nasional Alas Purwo, sebuah kawasan konservasi yang penting. Taman ini, yang membentang di dua kecamatan, yaitu Tegaldlimo dan Purwoharjo, adalah rumah bagi beragam spesies flora dan fauna yang dilindungi.

Alas Purwo tidak hanya penting secara ekologis tetapi juga menawarkan sejumlah spot wisata yang menarik bagi pengunjung, termasuk peluang untuk melihat satwa liar dalam habitat aslinya dan menikmati keindahan alam yang masih alami dan terjaga.

7. Ragam Destinasi Wisata di Banyuwangi

Ragam Destinasi Wisata di Banyuwangi
Foto: Yulia Agnis/Unsplash

Banyuwangi memang tidak pernah kekurangan tempat wisata, dengan pilihan yang sangat beragam mulai dari pantai hingga pegunungan.

Pantai Cacalan dan Grand Watudodol menawarkan keindahan pantai dengan pasir putih dan pemandangan laut yang memukau.

Bangsring Under Water dan Mutiara Pulau Tabuhan adalah surga bagi pecinta snorkeling dan diving, menawarkan keanekaragaman hayati bawah laut yang kaya.

Untuk mereka yang tertarik dengan alam dan petualangan, De Djawatan dengan hutan bajanya, Kawah Ijen yang terkenal dengan api birunya, dan Green Gumuk Candi yang menawarkan pemandangan alam yang luar biasa, adalah destinasi yang wajib dikunjungi.

Selain itu, terdapat juga Gunung Ranti, Air Terjun Jagir, dan Kalisawah Adventure yang menjanjikan petualangan alam terbuka yang menantang. Untuk keluarga, Taman Satwa Mirah Fantasia dan Akbar Zoo menawarkan kegiatan rekreasi yang menyenangkan dan edukatif.

Dengan kekayaan sejarah dan budaya yang dimiliki, Banyuwangi menawarkan berbagai fakta unik yang tak hanya menarik untuk dipelajari, tetapi juga memperkaya pengetahuan kita tentang kekayaan budaya Indonesia. Menjelajahi fakta-fakta ini akan memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang kota yang penuh pesona ini.

Share it:

Tags

Related Articles