10 Fakta Menarik Tentang Samurai Jepang yang Menjadi Ikon Kehormatan dan Kesetiaan

Fakta Menarik Tentang Samurai Jepang yang Menjadi Ikon Kehormatan dan Kesetiaan
Foto: Onion-𝒛𝒏Pom/X https://x.com/GRIM_JR07_

Samurai Jepang dikenal sebagai simbol kehormatan dan kesetiaan, temukan fakta menarik tentang mereka, dari kode etik Bushido hingga peran mereka dalam sejarah.

Samurai Jepang, dengan kode etik Bushido mereka yang ketat, telah menjadi simbol kehormatan, kesetiaan, dan keberanian yang abadi dalam sejarah Jepang.

Berabad-abad lamanya, mereka memainkan peran penting dalam perkembangan politik, militer, dan budaya Jepang.

Dari senjata yang mereka gunakan hingga filosofi hidup yang mereka anut, berikut adalah 10 fakta menarik yang mengungkapkan kehidupan dan warisan para samurai yang penuh dengan kisah heroik.

1. Bushi: Awal Mula Sebutan Samurai

Bushi Awal Mula Sebutan Samurai
Foto: Karthik B K/Unsplash

Sebelum dikenal sebagai samurai, para prajurit Jepang awalnya disebut “bushi”. Istilah “samurai” baru muncul pada awal abad ke-10, dan digunakan untuk menggambarkan prajurit aristokrat yang berperan sebagai perwira militer.

“Bushi” merujuk secara umum pada prajurit, namun “samurai” lebih spesifik mengacu pada prajurit dari kelas menengah dan atas yang dilatih dalam strategi militer.

Istilah “samurai” ini kemudian diterapkan pada semua anggota kelas prajurit yang mulai memegang kekuasaan sejak abad ke-12, hingga mereka mendominasi pemerintahan Jepang sampai Restorasi Meiji di akhir abad ke-19.

2. Bushido: Kode Etik Samurai

“Bushido,” yang berarti “jalan para pejuang,” adalah kode etik yang harus diikuti oleh samurai. Kode ini mengatur prinsip-prinsip seperti kepatuhan, keberanian, disiplin diri, pengorbanan, dan kehormatan.

Mirip dengan kode ksatria di Eropa, bushido menekankan pada keberanian, kesetiaan, dan kehormatan pribadi di atas kehidupan itu sendiri.

Kode ini mulai diformalkan pada abad ke-16 dan menjadi pedoman moral bagi para samurai. Seorang samurai ideal adalah mereka yang menghidupi kode ini dengan penuh integritas.

3. Samurai dari Semua Kelas Sosial

Awalnya, samurai diartikan sebagai “mereka yang melayani bangsawan dari dekat.” Namun, seiring berjalannya waktu, mereka bergabung dengan kelas “bushi” dan menjadi lebih bercampur dengan para tentara tingkat menengah dan atas.

Pada masa Keshogunan Tokugawa (1603–1867), samurai menjadi kasta sosial tertutup. Mereka memiliki hak istimewa seperti mengenakan dua pedang yang melambangkan status mereka.

Namun, sebagian besar samurai pada masa itu beralih menjadi pegawai negeri atau menjalankan pekerjaan tertentu. Diperkirakan sekitar 10 persen populasi Jepang pada saat itu adalah samurai. Menariknya, banyak orang Jepang saat ini diyakini memiliki keturunan samurai.

4. Pedang: Simbol Kehormatan Samurai

Meskipun samurai menggunakan berbagai senjata, pedang adalah senjata yang paling identik dengan mereka. Awalnya, mereka menggunakan “chokuto,” pedang lurus yang ramping.

Seiring berkembangnya teknik pembuatan pedang, mereka mulai menggunakan pedang melengkung yang akhirnya dikenal sebagai “katana.” Katana dianggap sebagai perpanjangan jiwa seorang samurai, dan sering kali diberi nama.

Samurai membawa katana bersama dengan wakizashi, sebuah kombinasi yang disebut “daisho,” yang menjadi simbol eksklusif dari kelas samurai.

5. Menguasai Berbagai Jenis Senjata

Selain pedang, samurai juga menguasai penggunaan senjata lain, seperti “yumi” (busur panjang) dan “yari” (tombak Jepang). Ketika bubuk mesiu diperkenalkan pada abad ke-16, samurai mulai menggunakan senjata api seperti “tanegashima,” senapan sumbu laras panjang.

Namun, keterampilan tradisional seperti panahan tetap dipelajari secara religius karena dianggap penting dalam budaya dan tradisi samurai.

6. Zirah Samurai yang Fleksibel dan Efisien

Zirah Samurai yang Fleksibel dan Efisien
Foto: Fxquadro/Envato Elements

Zirah samurai sangat berbeda dari baju zirah Eropa yang cenderung kaku dan berat. Baju zirah samurai dirancang agar lebih ringan dan fleksibel, namun tetap memberikan perlindungan maksimal.

Zirah ini terbuat dari kombinasi pelat logam dan kulit yang diikat dengan tali sutra atau kulit. Helm samurai, atau “kabuto,” dibuat dari pelat logam untuk melindungi kepala dan wajah mereka, sering kali dihiasi dengan tanduk atau hiasan lain yang mencerminkan status atau klan mereka.

7. Samurai Berbudaya Tinggi dan Melek Huruf

Samurai lebih dari sekadar prajurit; mereka juga sangat berpendidikan dan berbudaya. Mereka didorong oleh kode bushido untuk terus meningkatkan diri, baik dalam seni perang maupun dalam literasi dan seni.

Banyak samurai terampil dalam menulis puisi, melukis, dan seni kaligrafi. Mereka juga memainkan peran penting dalam mengembangkan seni tradisional Jepang seperti upacara minum teh, taman batu, dan seni merangkai bunga (ikebana).

8. Samurai Wanita: Onna-Bugeisha

Meskipun samurai umumnya diidentikkan dengan pria, sejarah Jepang menunjukkan bahwa wanita juga dilatih dalam seni bela diri dan strategi perang. Samurai wanita dikenal sebagai “Onna-Bugeisha” dan mereka berperang berdampingan dengan samurai pria.

Mereka biasanya menggunakan senjata “naginata,” tombak dengan bilah melengkung yang ringan dan serbaguna. Penelitian arkeologi menemukan bukti bahwa wanita sering berpartisipasi dalam pertempuran, seperti yang terlihat dari hasil tes.

Penelitian DNA pada situs Pertempuran Senbon Matsubaru yang terjadi pada tahun 1580 mengungkapkan bahwa 35 dari 105 jenazah yang ditemukan adalah perempuan.

9. Kisah Orang Asing yang Menjadi Samurai

Meskipun jarang terjadi, orang asing juga bisa menjadi samurai dalam keadaan khusus. Gelar kehormatan ini hanya bisa diberikan oleh pemimpin kuat seperti shogun atau daimyo.

Empat orang Eropa yang tercatat pernah mendapatkan gelar samurai adalah William Adams (Inggris), Jan Joosten van Lodensteijn (Belanda), Eugene Collache (Perancis), dan Edward Schnell (pedagang senjata). Mereka diakui karena keterampilan, loyalitas, dan jasa mereka bagi penguasa Jepang.

10. Seppuku: Ritual Bunuh Diri yang Terhormat

Seppuku Ritual Bunuh Diri yang Terhormat
Foto: Sinema Tengah Malam/X

“Seppuku,” atau hara-kiri, adalah tindakan ritual bunuh diri yang dianggap sebagai cara terhormat untuk menebus aib atau kegagalan.

Seppuku bisa dilakukan atas perintah sebagai hukuman, atau secara sukarela untuk menghindari penangkapan atau untuk memulihkan kehormatan keluarga. Ada dua jenis seppuku: versi medan perang yang lebih cepat dan versi formal yang lebih ritualistik.

Dalam versi formal, samurai akan menulis puisi kematian, mandi, mengenakan pakaian putih, dan kemudian melakukan seppuku dengan bantuan seorang pendamping yang memenggal kepalanya untuk mengurangi penderitaan.

Samurai adalah lebih dari sekadar prajurit; mereka adalah simbol budaya, keberanian, dan kehormatan Jepang.

Melalui berbagai fakta ini, kita dapat memahami lebih dalam mengenai peran mereka dalam sejarah Jepang dan bagaimana nilai-nilai yang mereka junjung masih relevan hingga saat ini.

Share it:

Tags

Related Articles