Burung kenanga (Metopidius indicus), atau dikenal dalam bahasa Inggris sebagai bronze-winged jacana, adalah salah satu spesies burung air yang menakjubkan.
Dengan warna bulu yang eksotis dan perilaku hidup yang tak biasa, burung ini menjadi daya tarik tersendiri di antara fauna rawa tropis Asia.
Dari tampilan yang anggun hingga peran unik pejantan dalam membesarkan anak, burung kenanga benar-benar istimewa.
1. Ciri Fisik: Kombinasi Warna yang Eksotis
Burung kenanga memiliki penampilan yang mencolok. Panjang tubuhnya sekitar 29 cm dengan berat berkisar 141–340 gram, dan rentang sayap mencapai 53 cm.
Bulunya memadukan warna hijau metalik di kepala dan leher, putih di area mata, serta nuansa biru, ungu, dan hijau pada dada serta perut.
Sayapnya berwarna seperti perunggu mengilap, itulah mengapa disebut bronze-winged jacana.
Ciri fisik antara jantan dan betina hampir serupa, namun betina cenderung berukuran lebih besar.
Mereka juga memiliki kaki panjang berwarna kehijauan dan paruh berwarna hijau kekuningan, sangat cocok untuk berjalan di atas permukaan tanaman air seperti daun teratai.
2. Habitat dan Persebaran: Penghuni Setia Perairan Tropis
Burung kenanga tersebar luas di Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk India, Nepal, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia (terutama di Pulau Sumatra).
Mereka termasuk burung semiakuatik, menghuni dataran rendah berair seperti rawa-rawa, sawah, dan danau dangkal dengan banyak tanaman air.
Burung ini tidak bermigrasi secara musiman, tetapi berpindah jika habitat mengering saat musim kemarau. Mereka lebih aktif di siang hari (diurnal), terutama pagi, saat mencari makan di antara tumbuhan air.
3. Makanan: Serangga Favorit di Tanaman Air
Burung kenanga merupakan insektivor, artinya mereka memakan serangga kecil seperti capung, kutu air, atau larva yang hidup di tanaman air.
Kaki dan paruh panjang membantu mereka menyusuri dedaunan terapung tanpa harus berenang atau menyelam.
Kadang, mereka juga terlihat memakan bagian tanaman air seperti daun dan akar, namun ini kemungkinan tertelan tanpa sengaja saat sedang berburu serangga.
4. Perilaku: Soliter tapi Adaptif

Meski hidup di habitat air yang terbuka, burung kenanga dikenal sebagai burung soliter. Mereka lebih suka menyendiri kecuali saat bersama pasangan atau anak.
Namun, mereka tetap memiliki suara khas seperti “cipcipcip” bernada tinggi, yang digunakan sebagai alarm ketika merasa terancam.
Saat bahaya mengintai, alih-alih terbang, burung ini bisa menyelam ke air dangkal sambil melipat kaki panjangnya untuk menghindari deteksi predator.
Adaptasi ini sangat berguna di lingkungan bervegetasi rapat seperti rawa dan danau dangkal.
5. Teritorial: Wilayah Jantan dan Betina yang Tumpang Tindih
Burung kenanga sangat teritorial, baik jantan maupun betina. Para jantan mempertahankan wilayah kecil mereka dari pejantan lain, terutama saat musim kawin.
Menariknya, wilayah betina jauh lebih besar dan bisa mencakup beberapa wilayah jantan sekaligus.
Jika pejantan berukuran besar berada di area betina, ia bisa membantu betina mempertahankan wilayah dari kompetitor lain. Struktur wilayah ini menjadi fondasi sistem reproduksi mereka yang unik.
6. Sistem Reproduksi: Poliandri dan Ayah Super
Berbeda dari burung kebanyakan, burung kenanga adalah poliandri, yaitu betina kawin dengan beberapa jantan dalam satu musim kawin (Juni–September).
Setelah kawin, betina akan bertelur di sarang yang dibangun oleh jantan, lalu pergi.
Tanggung jawab penuh berada di tangan si jantan – ia menginkubasi telur selama sekitar 29 hari, melindungi anak dari predator, memberi makan, dan bahkan mengangkut anak di bawah sayap saat berpindah tempat.
Menariknya, sebelum mulai mengasuh, jantan akan menyortir telur dan membuang yang bukan hasil reproduksinya. Anak burung kenanga biasanya mandiri setelah berusia 10 minggu.
7. Status Konservasi: Masih Aman, Tapi Perlu Diwaspadai
Menurut IUCN Red List, burung kenanga tergolong dalam status Least Concern (Risiko Rendah). Namun, tren populasi di alam belum dipantau secara menyeluruh.
Burung ini berpotensi terdampak oleh kerusakan habitat rawa, pembangunan lahan, dan perubahan iklim.
Karena populasinya tersebar dan habitatnya sangat spesifik, mereka tetap membutuhkan perlindungan jangka panjang.
Burung kenanga bukan sekadar burung rawa biasa. Dengan kombinasi warna eksotis, perilaku bertahan hidup yang cerdas, dan sistem reproduksi unik yang melibatkan peran besar si jantan, burung ini merupakan contoh nyata dari keanekaragaman hayati yang luar biasa di Asia.
Sebagai penjaga ekosistem rawa tropis, pelestarian habitat burung kenanga sangat penting.
Menjaga keberadaan spesies ini berarti menjaga keseimbangan hayati di area lahan basah dan membantu memastikan bahwa generasi mendatang masih bisa menikmati keindahannya.











